Contoh:
Dalam bidang arsitektur dan perencanaan kota, seorang sarjana yang mendesain bangunan atau lingkungan tidak hanya perlu mempertimbangkan efisiensi biaya dan teknologi modern, tetapi juga bagaimana bangunan tersebut akan mempengaruhi komunitas sekitar, termasuk aspek keberlanjutan lingkungan, kenyamanan sosial, dan keadilan spasial. Sarjana yang memiliki Practical Value Rationality akan mendesain dengan mempertimbangkan keseimbangan antara efisiensi praktis dan keberlanjutan jangka panjang.
4. Menghindari Rasionalitas Sempit yang Hanya Berfokus pada Hasil
   Dalam beberapa situasi, terutama di dunia profesional, ada kecenderungan untuk menggunakan rasionalitas instrumental yang hanya berfokus pada hasil akhir atau efisiensi proses, tanpa memperhatikan dampak sosial atau moral dari keputusan tersebut. Sarjana yang memiliki Practical Value Rationality dapat menghindari rasionalitas sempit ini dengan melihat keputusan dari sudut pandang yang lebih luas, yang tidak hanya melibatkan efektivitas praktis tetapi juga mempertimbangkan dampak terhadap orang lain, keadilan, dan tanggung jawab sosial.
Contoh:
Seorang sarjana di bidang teknologi mungkin diminta untuk mengembangkan algoritma yang secara signifikan meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan data. Namun, algoritma tersebut mungkin melanggar privasi pengguna. Dengan hanya menggunakan rasionalitas instrumental, sarjana mungkin melihat proyek tersebut sebagai "sukses" karena mencapai tujuannya dengan cara yang efisien. Namun, dengan Practical Value Rationality, sarjana akan mempertimbangkan apakah algoritma ini sesuai dengan nilai-nilai privasi dan apakah pantas digunakan meskipun efisien.
5. Membangun Integritas dan Kredibilitas
   Sarjana yang mampu menerapkan Practical Value Rationality cenderung lebih dihormati dan dipercaya karena mereka dianggap sebagai individu yang tidak hanya mementingkan pencapaian teknis tetapi juga peduli terhadap nilai-nilai moral dan etika. Ini membantu membangun integritas dan kredibilitas mereka, baik di dunia akademik, profesional, maupun di mata publik. Kemampuan untuk mempertimbangkan dimensi etis dalam setiap keputusan akan memperkuat kepercayaan orang lain terhadap kejujuran dan komitmen moral sarjana tersebut.
Contoh:
Dalam dunia politik atau kebijakan publik, sarjana yang selalu membuat keputusan berdasarkan Practical Value Rationality akan dianggap sebagai individu yang berintegritas. Misalnya, seorang peneliti yang transparan mengenai potensi bias dalam hasil penelitiannya dan yang tidak mengabaikan aspek etika dalam metode penelitian, akan lebih dihormati daripada mereka yang hanya fokus pada hasil atau kemajuan akademis.
Mengapa ketiadaan Practical Value Rationality dalam pengambilan keputusan oleh sarjana dapat menimbulkan konsekuensi negatif?
Ketiadaan Practical Value Rationality dalam pengambilan keputusan oleh sarjana dapat menimbulkan konsekuensi negatif karena beberapa alasan mendasar yang berkaitan dengan pengabaian nilai-nilai moral, sosial, dan keberlanjutan.Â
Berikut adalah beberapa poin penting yang menjelaskan mengapa hal ini dapat berdampak negatif:
1. Pengabaian Aspek Moral dan Etika
   Practical Value Rationality mendorong pengambilan keputusan berdasarkan nilai-nilai moral dan etika, tidak hanya pada efisiensi atau hasil. Ketika aspek ini diabaikan, keputusan yang diambil mungkin cepat dan efektif secara jangka pendek, tetapi melanggar prinsip-prinsip moral yang lebih mendasar. Hal ini dapat mengakibatkan keputusan yang terlihat "benar" dari perspektif praktis, namun berdampak buruk secara moral.