Ya! Siapa temannya?
Walaupun ada banyak anjing disekitarnya, tapi tak pernah ia akrab dengan seekorpun.
Susah payah sang anjing coklat memejamkan mata, tapi pikirannya selalu berteriak. Perutnya selalu meronta. Bahkan ia sampai gemetar karena lapar.
Dengan tenaga yang tersisa akhirnya sang anjing berusaha bangkit. Menjejakkan tanah dengan kaki yang jelas-jelas gemetar tak mampu berjalan tegap. Hanya mengandalkan satu --satunya penciuman. Dan juga pendengaran. Â Ada berbagai bau yang menyebar. Tapi...bau daging yang dibakar terasa begitu kuat. Menggoda lebih tepatnya.
"apakah...untuk bertahan hidup aku harus membinasakan temanku sendiri?"keluhnya dalam hati dengan penuh pergumulan
Memangnya siapa temanmu?
Memangnya siapa temanmu?
......Siapa temanmu?
Kata -- kata itu memutar dikepalanya berkali -- kali. Suara sang burung hantu itu seolah bergema dalam otaknya.
Semakin dekat dengan bau tersebut air liurnya semakin menetes. Sesekali ia berhenti untuk memantau situasi.
Oh...sungguh sunyi. Hanya bunyi tembakan dikejauhan sesekali terdengar.