"Iya, bu."
Dirinya segera memegang sapu dan suara mulutnya husss... husss sapu itu digerakkan ke dekat si Oyen dan ketika sadar si Oyen pergi bahkan sebelum Rana mendekatkan sapunya.
Anak Ibu bukan seorang yang dapat menyakiti kucing. Tetapi, ketika itu si Oyen nampak terpincang-pincang. Pikiran Rana kucing Oyen terkena sapunya. Ternyata pas didekati si Oyen itu terlihatlah selotif pada kakinya yang menempel semenjak tadi.
Huhhh..., si Oyen ada ada sajalah. (Sambil melepaskan selotif yang menempel di kaki Oyen.) Kaki Oyen bebas dari selotif yang menempel dan dirinya terlepas dari rasa kasihan seorang yang memperhatikannya apalagi dirinya dari tadi bolak-balik ke dalam rumah seperti setrikaan saja.
Ibu kini sedang menyapu lantai dapurnya. Terlihatlah oleh Ibu tempat yang ada kain perca dan kain itu memang sudah semenjak lama ada di sana. Letakknya ada di dekat sebuah kardus yang kosong dan tidak terpakai pula lalu dibiarkan saja oleh Rana. Ketika itu dirinya meletakkannya di sana. Selesai menyapu Ibu bergegas mengambil kardus itu dan di kain percanya disimpan di dalamnya.
Ibu diam dan mencoba menghilangkan rasa hausnya lalu meminum air putih sedikit. Terdengar suara yang berasal dari kardus itu tidak lama berselang waktu padahal Ibu hanya meninggalkan tempat meletakkan kardus dan kain percanya lalu mengambil air putih segera minum sebentar.
Ibu diam dan selama beberapa menit suara kucing-kucing kecil terdengar. Rana juga mendengarnya dan menemukan Ibu telah lama ada di dekat asal suara.
Mereka saling pandang dan melihat antara satu dengan lainnya. Suara itu sangat dekat dan hampir saja kardusnya terjatuh.
Kardus itu dipindahkan Ibu ke tempat lain yang lebih rendah. Nampaklah di dalam kardus itu beberapa anak kucing dan si Induknya adalah kucing Oyen yang terlihat dari tadi mondar-mandir membuat Rana pusing saja.
Si Oyen kini sibuk membersihkan anak-anak yang baru lahir ke dunia Nya.Â
"Apa yang dikerjakan si Oyen kini ?" Tanya Rana dan melihat ke dalam kardus.