"Salam dari Bapak Nizami, Tegar. Kau tahu, satu setengah kali dari harga penawaran perdana. Strategi marketing yang kau lakukan berhasil. Prospektus yang hebat. Eksekusi yang baik. Semuanya sempurna. Satu setengah kali. Itu setara dengan kapitalisasi tambahan hampir dua triliun, My Friend. Kau berhak mendapatkan bonus atas nilai itu. Bukan main." (hlm. 162).
      Kepada hampir seluruh orang awam yang hanya mengetahui berita salah satu bom di Bali ini mungkin merasakan sedikit kepiluan sesaat. Tak pernah tergambarkan oleh mereka betapa maha sakitnya kehilangan orang yang disayang, tepat menyaksikan kejadiannya. Darwis membawa pembaca novel ini ikut serta merasakan kesedihan yang mendalam. Memberikan pesan berharga yang disampaikan oleh sosok empat monster kecil. Dengan bahasa yang puitis ringan dan penuh makna tersirat, melemahkan hati pembaca hingga tetes air mata. Seperti disajikan dalam paragraf yang mampu meluluhkan hati ini.
"Jasmine mendekat. Persis berdiri di depan tervonis hukuman mati. Mata itu berdenting menahan tangis. Ya Tuhan, gadis kecil itu sungguh menahna tangisnya. Dan ia gemetar mengulurkan setangkai mawar biru." (hlm. 244).
Gadis kecil sebelia itu, mampu memaafkan pelaku pengeboman yang membuat ayahnya pergi, pergi untuk selamanya.
      Diawali dengan interaksi melalui tele-conference,layar 29 inci menampilkan pemandangan sunset di putihnya pasir Pantai Jimbaran tepat sebelum kejadian naas itu menyerang. Novel ini beralurkan campuran. Tokoh Tegar sering kali menyajikan kisah masa lalunya.
"Belasan tahun silam.
Aku berjalan terhuyung.
Dingin.
Matahari tenggelam di kaki cakarwala."(hlm. 31).
Tak hanya sekali atau dua kali, penulis membuat tokoh Tegar yang suka kembali ke masa lalu.
      Sunset Bersama Rosiedibuka dengan dahsyatnya pengeboman di Jimbaran. Merenggut seluruh kebahagian Rosie dan empat kuntumnya.