Mohon tunggu...
Jeko Spastyono
Jeko Spastyono Mohon Tunggu... Mahasiswa - "Black and White aren't colours. They are just some background. Please, do walk out from them and splash your own dyes. Don't worry about stinting it. Because an artist never worries about tainting the background."

Be crazily LAZY.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Free My Life, Chapter 1: I'm Not Narcist

2 November 2022   19:38 Diperbarui: 2 November 2022   19:52 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku tak tahu apakah manusia punya jiwa, tetapi jika kita benar punya, aku rasa jiwaku sekarang sedang dalam pemulihan. Pemulihan oleh aroma terapi daun mint segar yang menusuk hidung hingga ke umbun-umbun.

"Fhuuu~ menyegarkan. Hidup sungguh aneh, aku dulu benci saat ibu memaksaku untuk berkebun dan merawat tanaman..."

Angin bertiup sedikit lebih kencang, dan dibelakangku beberapa putik bunga melati terpotong. Mereka terbang bersama angin ke negeri angkasa yang bebas hingga mereka lelah dan menetap ditanah.

"...Tapi anehnya sekarang, aku sangat setuju dengan ibu. Berkebun benar-benar telah memberikan imbalan terbesar bagi hidupku."

Perlahan aku membuka mata hitam nan pekatku.

Ku-pandang berbagai bungai indah di taman, "Tanpa faedah pemulihan jiwa dari kebun ini, aku mungkin sudah menjadi gila dibuat dunia bodoh ini."

Kalian mungkin salah persepsi dan mengira aku adalah orang yang pandai bersyukur dan positif, setelah melihatku mengucapkan selamat pagi ke dunia dan menikmati pemandangan pagi.

Tapi percayalah, kalian tidak bisa lebih bodoh dari berfikir seperti itu tentangku.

Aku bukanlah orang yang pandai bersyukur dan positif. Namun aku bukan juga seorang yang terlalu negatif dan memandang dunia dengan realitas pragmatis.

Namun dunia ini memang terkadang dan hampir selalu membuat kita gila...

Setiap hari di depan kedua bola mataku terpampang pemandangan muram sebuah kota indah dan mati secara bersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun