Teks parallel
Dalam teks Yohanes bab 1:32-42 memiliki kesinambungan juga dalam teks-teks Kitab Suci Perjanjian Lama, maupun dalam Perjanjian Baru, dimana diterangkan juga tentang "Yesus adalah Anak Domba Allah" misalnya dalam teks (Yesaya 53:10) tentang Kristus adalah Korban Penebus Salah, lalu dalam (Ibrani, bab 10, dan Rm 8:3), seluruh sistem korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang nantinya akan menjadi korban yang sempurna, yang telah Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya.Â
Dalam kitab (keluaran bab 12:11-13), juga diterangkan demikian, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah supaya malaikat maut melewati mereka "yang ditutupi oleh darah" (Keluaran 12:11-13) merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib. Adapun tentang murid-murid atau keterpanggilan para murid yang pertama dapat ditemukan juga dalam teks-teks berikut: Murid dalam bahasa Yunani: Mathts (dari kata manthan: belajar, membiasakan diri dengan sesuatu, akrab dengan). Sedangkan dalam bahasa Ibrani kata murid: mesyart (Kel 24:13; 1 Raj 19:21; 2 Raj 4:12; Yer 32:12-13), lebih dipahami sebagai hamba.Â
Dalam Perjanjian Lama hanya ada satu teks dari masa Yudaisme yang menyebut kata "murid". Hal ini dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa hubungan individu dengan Allah selalu dipahami dalam rangka hubungan seluruh bangsa Israel dengan Allah. Dalam Yudaisme dan barangkali karena pengaruhi Helenisme, berkembang gagasan Talmd dalam hubungan dengan rabbi yaitu orang yang hampir berwibawa ilahi dalam mengartikan Alkitab.Â
Dalam Perjanjian Baru kata murid hanya muncul dalam kitab-kitab Injil dan dalam Kisah Para Rasul. Dalam kitab-kitab Injil murid bukan karena mereka menerima pengajaran dari seorang guru tetapi lebih karena mempunyai hubungan yang erat dan jelas (Mat 9:14; Mrk 2:18; Luk 5:33; Yoh 1:35). Secara lebih jelas, murid ialah orang yang dipanggil oleh Yesus (Mrk 3:13; Luk 6:13), berjalan mengikuti-Nya, (Luk 9:57-62), harus mentaati kehendak Allah (Mat 10:29) bahkan dengan melekat tanpa syarat kepada pribadi Yesus, harus siap mati dan menyerahkan hidupnya kepada-Nya karena kasih (Mat 10:25, 37; Mrk 8:34-35; Luk 14:25-26; Yoh 13:35). Sikap ini mengandaikan kerendahan hati, kemiskinan bahkan pertobatan setelah jatuh ke dalam dosa.Â
Sedangkan dalam Kisah Para Rasul kata murid berarti semua orang beriman adalah murid Yesus (Kis 6:1; 9:19). Sedangkan dalam teks yang diteliti murid-murid adalah mereka yang dipanggil secara khusus oleh Yesus untuk selalu berada bersama Yesus (bdk. Mrk 10:46).[7] Teks-teks parallel ini mau menjelaskan lebih terperinci makna yang ada atau yang diterangkan dalam teks Yohenes bab 1:35-42, di mana Yesus berusaha menjadikan komunitas baru (12 orang rasul) yang baru diciptakan-Nya suatu alternatif yang memberi hidup yang hadir di tengah-tengah sistem kekuasaan yang muncul saat itu.[8]
Makna Eksegetis
Pada dasarnya Teologi Injil Yohanes bukan hanya melulu pada Yesus sebagai Logos tetapi, masih ada juga yang lain, yakni selain Yesus dipandang sebagai LOGOS, juga Yesus dipandang sebagai AKU ADALAH". Â Yesus sebagai LOGOS berearti Yesus adalah Sabda yang menjelama menjadi Manusia, dan sebagai AKU ADALAH , berarti Hal penting dari kata "Aku" dalam kitab Yohanes bahwa penggunaannya menambah kewibawaan khusus bagi pernyataan-pernyataan Yesus. Â .Â
Dalam perikop (Yoh 1:35-42) sebenarnya pesan teologinya adalah soal keterpanggilan, baik itu panggilan lahiriah maupun bantiniah. Yohenes menggambarkan keterpanggilan para murid Yesus sebagai model keterpanggilan batiniah sekaligus lahiriah, karena apa? Karena para murid yang di panggil itu berasal dari latar belakang sekaligus karakter yang berbeda. Selain itu juga Yohanes menekankan peryataan-peryataan Krsitologis dalam pikiran para pendengarnya, maka dari itu para pelakunya muncul dalam adegan-adegan singkat secara berurutan yang melampaui informasi yang diperlukan.Â
Kesaksian-kesaksian tersebur menunjukan bahwa perhitungan utama injil adalah kristologi.[9] Melalui prosedur ini Yohenes juga ingin menunjukan proses perkemabngan jemaatnya, dalam pemahaman mereka tentang Yesus: dengan bergerak dari lingkungan Yohanes pemabbtis kepada pribadi Yesus, yang secara bertahap dikenal sebagai Anak Domba Allah. maka dapat disimpulakan bahwa teologi teks ini selain membicarakan tentang keterpanggilan para murid Yesus, juga membicarakan bagaimana dan siapa itu Yesus kristus.
Kesimpulan