Berbicara tentang injil Yohanes, berarti berbicara bagaimana kita bisa mengenal Yesus secara lebih mendalam. Orang selalu beranggapan bahwa dengan memahami dan membaca injil Yohanes, maka apa yang menjadi inti kehidupan dan misi Yesus itu dapat diketahui. Setiap peristiwa-peristiwa yang mengesankan, baik itu berupa cara Yesus menyampaikan pendapatnya  seringkali mengguggah orang untuk terjun kedalam konteks itu.Â
Yohenes sendiri seringkali menggambarkan pribadi-pribadi Yesus itu dengan berbagai hal, seperti, Pintu, Roti Hidup, Jalan kehidupan dan kebenaran, Pokok Anggur, Air hidup, dsb. Apa yang disampaikan oleh Yohenes ini sebenarnya mau menggambarkan bagaimana Yesus itu hadir di dalam hidup umat manusia dalam. Dengan symbol-simbol yang digambarkan oleh Yohanes ini disitullah letak dasar dan benang merah gambaran Yesus atau pribadi Yesus.
Injil Yohenes sering kali di sebut sebagai injil "rohani" namun kata "rohani" itu hendaknya dipahami dengan tepat, yaitu injil yang dijiwai Roh Kudus". Jadi janganlah kata "rohani" itu diartikan secara dangkal sebagaimana itu sering terjadi dalam masa modern. Sesungguhnya seluruh Kitab Suci itu adalah 'Rohani".Â
Oleh karena itu, bila secara khusus corak rohani itu dihubungkan dengan injil Yohanes, maka sebabnya harus dicari dalam kedalaman pandangan mengenai misteri Kristus, yang tampak dalam kitab injil itu. Kedalaman pandangan itu pun itu tidak boleh diartikan sebagai menghilangnya kenyataan hidup sehari-hari atau sebagai pelarian ke dalam pemikiran yang abstrak semata-mata ataupun sebagai usaha menjauhkan diri dari dunia.Â
Sebab injil Yohanes jelas berlatar belakang pelbagai polemic, konflik, bahkan perpecahan, yang sama seperti dialami Yesus sendiri timbul dalam Gereja Kristen purba, khususnya dalam lingkungan yang dipengaruhi pribadi rasul Yohanes. [1]
Dalam perikop injil Yohanes bab 1:35 dst, dimana Yohenes membicarakan secara langsung bahwa Yesus memperoleh murid-murid-Nya yang pertama dari lingkungan murid-murid Sang Pembabtis. Berkat berita yang disampaikan dalam injil Yohanes itu khsusnya bab 1:35 dapat disadari, betapa pentingnya Yohenes Pembabtis itu bagi gereja jemaat Kristen Purba. Â
Penginjil Yohanes melukiskan peristiwa yang dialami oleh para murid Yesus sebagi peristiwa dimana keterpanggilan itu nyata dan nampak di dalam kehidupan mereka, yang mana dengan keterpanggilan itu, Yohanes melibatkan diri dalam konteks itu, sebagai bentuk pendukung dalam mendukung dan menghadirkan Pribadi Yesus di dalam kehidupan mereka.
Teks dan Konteks (Yoh 1:35-42)
Pada dasarnya teks ini menjelaskan tentang bagaimna para murid Yohanes, ketika melihat Yesus, mereka menginginkan untuk mengikutinya. Dikatakan oleh Yohanes dalam teks tersebut ""dimana pada kesesokan harinya berdiri Yohenes , berdiri di situ pula dengan dua orang muridnya. Dan ketika ia melihat Yesus lewat, ia berkata " Lihatlah Anak Domba Allah"(1:35)".[2] Teks ini pada hakikatnya diterangkan dalam Kitab Suci Perjanjian Baru.Â
Terkait dengan konteks. peristiwa keterpanggilan ini berlokasi di tempat Yohanes Pembaptis tampil, yaitu di Yudea . Daerah ini merupakan daerah kokoh Yahudi.
Semua pelaku dalam Injil ini pun bernama Ibrani atau Aram, seperti Andreas, Simon, Kefas, dan Yohanes. Situasi keterpanggilan itu menjadi situasi dimana Yesus mulai beraksi dalam misi-Nya, yakni misi penyelamatan dan pewartaan Injil. Yohenes menempatkan peristiwa keterpanggilan para murid sebagai salah satu model atau karakter dari penulisan injilnya, di mana dengan menempatkan peristiwa keterpanggilan itu, apa yang menjadi prioritas atau karakter dari Yohanes itu nampak..