Mohon tunggu...
Jeni fitriasha
Jeni fitriasha Mohon Tunggu... -

Eks. mahasiswa Psikologi. Pemilik sunyiberdialog.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Imajinasi Palung

30 Mei 2016   11:41 Diperbarui: 13 Juni 2016   23:01 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

 Anak-anak di depannya mulai gelisah dan rusuh. Aksa menggerak-gerakkan kursinya dan yang  lain mulai melempar-lempar makanan dari donatur.  Palung terdiam sendiri, dengan wajah termangu dan mulut yang terbuka. Matanya mendelik ke atas langit-langit, seperti sedang mencari-cari sesuatu di atas sana. Ia sedang berpikir keras, sangat keras. Beberapa menit setelah itu ia terduduk di atas lantai dan menangis. Anak-anak terdiam memandanginya. Makanan yang dilempar-lempar tadi menumpuk di bawah kaki Palung. Aksa masih menggoyang-goyangkan kursi kecilnya.

 Hari itu Palung pulang diantar  penjaga panti bernama Ruminah.  Sepanjang perjalanan Palung hanya terdiam dengan air mata yang terus mengalir. Ruminah hanya dapat melihat dan menenangkannya. Gadis berumur 16 tahun itu tidak mengerti dengan permasalahan Palung. Padahal Palung sudah menjelaskannya bahwa ia kehilangan imajinasinya. Ruminah hanya terdiam saat mendengarkan penjelasan Palung. Gadis itu hanya memperhatikan Palung seperti ia memperhatikan orang yang sedang tidak waras.

 Ketika Palung sampai di rumahnya, Ruminah langsung minta ijin kembali ke panti. Di teras, Palung melihat Rinjani tengah duduk di kursi memakai gaun pendek warna biru dongker. Rambut panjangnya tergerai agak basah. Ia membawa sebuah buku.

 “Sudah lama aku menunggu dan kamu datang dengan seorang gadis, Palung.”

 “Maaf, Sayang. Aku habis dari panti dan gadis itu penjaga panti. Ia mengantar aku pulang.”

 “Mengapa kamu harus diantar pulang, Palung?”

 “Karena…”

 “Karena apa? Katakan pada kekasih tercintamu ini!”

 “Karena aku sedikit kurang enak badan, Sayang.”

 “Oh… kalau begitu kau harus minum obat agar tidak benar-benar jadi sakit.”

 “Ya, aku akan meminumnya. Ayo masuk, Rinjani.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun