DIA berhenti. Saat melihatku tentu saja dia beranjak lari, tapi sekarang dia berhenti. Raut mukanya tiba-tiba sedih, matanya mulai memerah. Lalu dia duduk kembali di tempatnya semula. Aku duduk di sampingnya. Hujan mulai reda. Aku tak tega melihatnya tertekan dan sedih, tapi aku hanya... merindukanNYA. Tiada percakapan sementara, hanya rinai hujan.
“Kenapa KAMU suka hujan?”
“Tahu dari mana?”
“Entahlah, hanya... sekedar tahu.” Raut mukaNYA semakin sedih.
“Hujan adalah penghubung langit dan bumi yang tidak pernah menyatu, maka kau bisa bebicara dengan langit di saat hujan.” Sial... kata-kata itu.
“Apa yang ingin KAMU bicarakan dengan langit?” tanyaku asal.
“AKU ingin diberi hidup tujuh kali.” JawabNYA juga asal.
“Ooh... Seems like such fun.”
“Yup. AKU bisa jadi anak kecil tujuh kali. Tinggal di negara yang berbeda tujuh kali. Sekolah di tempat berbeda tujuh kali. Memiliki pekerjaan yang berbeda tujuh kali dan...”
“Jatuh cinta pada orang yang sama tujuh kali.” Selorohku, dia terdiam. Menundukkan kepala, terisak tapi tidak menangis.
“Aku tidak ingat satu pun tentang kenangan kita. Aku tidak tahu hal buruk apa yang terjadi pada kita dulu, aku tidak peduli. Tapi apabila aku dihipnotis lagi, aku hanya akan kembali jatuh cinta pada orang yang sama...