"001" membuka tangannya yang menggenggam erat serpihan itu. Hilang. Tanpa jejak.
"Pegawai swasta" tersenyum licik, "Jadi ... ini rencananya ..."
WUuUuUuuuuUUuuUuuUuuuung.
RA-TA-TA-TA-TA-TA.
Tarik napas. Buang. Tarik napas. Buang.
"001" mendengar langkah deras tahanan ribut itu berhenti seketika, mengikuti paduan suara senapan dan suatu bruk samar-samar, hantaman badan lumpuh memukul lantai beton.
Ia membuka mulutnya, bergumam kepada dirinya sendiri, membalas tahanan ribut yang tidak lagi dapat mendengarnya atau membalasnya.
"Kebebasan itu hampa. Kebebasan itu ilusi. Hidup dan mati bagimu hanya permainan bagi mereka."
Tap. Tap. Tap.
"Itu, kamu lihat? Ada tombol darurat di ujung ruangan, kalau kamu bisa memukul tombol itu -- dengan ... sesuatu, penjara ini akan masuk ke mode panik; sel-sel akan terbuka. Nah, aku sudah mengambil ini ..." "pegawai swasta" menunjukkan kartu akses, "tapi sepertinya aksesnya terbatas, hanya bisa dari koridor sel kita sampai ke ruangan kedap suara itu, yang dipakai untuk menyiks...ah interogasi. Ck. Sepertinya kuambil dari petugas spesialis interogasi. Hmhm ... tapi aku sudah mencuri pandang denah penjara ini sebelumnya, dan ruangan di sampingnya adalah gudang perkakas. Tidak masalah, hanya penundaan minor."
"001" merasa "pegawai swasta" banyak berbicara. Namun, cukup andal.