"001" menunjuk lagi ke arah serpihan itu terbang. Nyamuk tertusuk tepat di bagian tengah toraks. Menusuk seperti tatapan lemas "001" yang menatap ke tahanan garang, kemudian ke "pegawai swasta".
"Haha, baik, tidak perlu kata-kata, paham," "pegawai swasta" tertawa gugup, keringat dingin turun dari pelipisnya yang merasakan lejitnya serpihan beton itu. Beberapa sentimeter lagi, kupingnya mungkin berdarah seperti kepalan tahanan garang.
"Kau ... Ahli ... Apa?" ia tanya dengan matanya yang melotot.
"Aku?"
"Siapa ... Lagi?" bahu tahanan garang ini menegang dan kepalan tangannya mengeras.
"Ah, sebentar, sebentar, seperti kalian, mungkin lebih baik aku tunjukkan."
Si "pegawai swasta" berjalan mundur, jempolnya mendorong kacamatanya ke atas, ia memungut kembali serpihan beton yang disentil "001". Saat itulah ia sadar adanya nyamuk mati di ujung serpihan.
Tersenyum, ia melemparkan serpihan itu ke arah "001", yang menangkapnya tanpa melepaskan tatapannya dari "pegawai swasta".
"Pegang erat 'pelurumu', kawan," katanya, "pegang erat dan jangan lepaskan."
"001" mengikuti perintahnya. Serpihan itu digenggamnya erat, ditutupi oleh jari-jemarinya yang tebal.
Setelah berjalan mondar-mandir di dalam sel, "pegawai swasta" berkata "Ah, sepertinya kurang erat, kawan," sembari menunjukkan serpihan dengan setitik darah nyamuk dalam tangannya.