Kemelekatan mendorong seseorang melakukan hal yang melanggar moralitas. Melekat pada kekayaaan, membuat seseorang bisa menjadi pefitnah, penipu, pencuri, penodong, perampok, koruptor, menjarah alam, merusak lingkungan, peperangan dan segala macam kejahatan lainnya.
Begitu kemelekatan dipupuk, kebencian hadir melanjutkan. Kebencian mendorong seseorang menjadi pemfitnah, perusak, pembunuh, pembantaian bahkan peperangan.
Semakin besar kemelekatan, semakin besar pula ketidakpuasan, semakin besar dukkha, semakin besar rasa tidak bahagia, semakin besar penderitaan. Kemelekatan yang terus dipupuk tidak pernah akan terpuasakan, kemelekatan akan menjelma menjadi sumber ketidakpuasan yang besar, kemelekatan menjadi sumber penderitaan.
Kebencian yang diumbar, tidak akan menjadi surut, tapi akan tumbuh menjadi besar. Selanjutnya ketidakpuasan mengikutinya, dukkhamengikuti tindakannya, ketidakpuasan yang begitu besar, menciptakan penderitaan.
Pemfinah, pembohong, penodong, pencuri, perampok, koruptor, pembunuh dan semua pelaku kejahatan adalah orang yang tidak puas, orang yang diliputi oleh dukkha, mereka adalah orang yang sedang menderita. Karena mereka tidak pernah bisa merasa puas atas kenyataan hidup yang mereka terima, mereka menderita atas kenyataan hidup yang mereka hadapi.
Kemelekatan karena aku ingin, kebencian karena aku tidak mau. Kemelekatan karena aku mau itu, kabencian karena aku tidak mau itu. Kemelekatan dan kebencian karena aku ingin, aku tidak mau. Kemelekatan dan kebencian karena aku.
Kemelekatan terjadi karena tolok ukur kenyataan berdasarkan aku. Jalan macet karena aku yang mengalami, kalau orang lain aku tak masalah. Rugi karena aku yang mengalami, kalau orang lain aku tak masalah. Kemelekatan dan kebencian menjadi tidak memuaskan karena aku menjadi titik awalnya.
Delusi tentang diri, delusi tentang aku membuat penilaian pada kenyataan menjadi buram, bahkan menjadi gelap.
Catatan:
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: delusi/de·lu·si/ /délusi/ n Psi pikiran atau pandangan yang tidak berdasar (tidak rasional), biasanya berwujud sifat kemegahan diri atau perasaan dikejar-kejar; pendapat yang tidak berdasarkan kenyataan; khayal
Delusi kalau aku harus memiliki itu, mereka yang kubenci harus tersingkir, aku harus mendapatkan, mereka harus kalah dan selanjutnya, membuat kemelekatan dan kebencian terpupuk dengan baik, bersamaaan dengan ketidakpuasan, dukkha akan pasti hadir.
Takterpuaskan, dukkhasepantasnya mengingatkan diri agar berusaha berjuang untuk terbebaskan darinya.
Jika ingin hidup damai, jauh dari ketidakpuasan, jauh dari dukkha, kemelekatan dan kebencian harus dikikis perlah-lahan. Ketika kemelekatan dan kebencian berkurang, maka rasa damai, akan hadir, penderitaan perlahan sirna.