Mohon tunggu...
Jayanto
Jayanto Mohon Tunggu... Programmer - passion - family - meditation

passion - family - meditation

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Dukkha: Kebahagiaan Cara Buddhisme yang Jarang Diungkap

31 Desember 2016   14:49 Diperbarui: 7 Januari 2017   09:54 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senja di Lombok (koleksi pribadi)

Takterpuaskan, dukkha, ini tak akan pernah sirna sejak lahir sampai mati mati nanti. Begitu terlahirkan, ketidakpuasan, dukkha sudah hadir. Bayi yang tadinya nyaman di dalam kandungan ibunya, tiba-tiba harus menerima kenyataan tidak nyaman lagi, suara yang berisik, rasa yang nyaman dalam kandungan, seketika berubah, bayi berteriak menangis, tidak memuaskan, dukkha.

Bayi yang kecil, tumbuh menjadi besar, hidup berdampingan dengan ketidakpuasan, dukkha. Ketika sakit, rasa yang paling tidak enak, dukkhayang nyata. Berpisah dengan orang yang dicinta, kenyataan pahit yang tidak memuaskan, dukkhayang tak dapat dihindari. Bertemu dengan orang yang kita benci, dukkhayang menyebalkan yang tak terelakan

Usia tua, badan menjadi lemah, tak ada orang yang dapat menghindari usia tua, dukkhayang pasti dialami semua manusia. Ketika kematian tiba, suatu yang ditakuti oleh manusia, walaupun usia sudah tua renta, tapi tetap ingin hidup, tidak puas dengan umurnya yang sudah panjang, dukkha. Jika mati muda, juga tidak puas, dukkha, karena belum cukup menikmati hidup.

Rasa tidak puas, sejatinya kenyataan tidak sesuai harapan. Diharapkan masih dapat melajutkan tidur, kenyataannya harus kerja, dukkha. Sarapan berharap pakai oseng tempe, kenyataan tidak, dukkha. Berharap tetap sehat, harus menerima kenyataan sakit, dukkha. Maunya tetap muda dan kuat, tak dapat terhindar dari menjadi tua dan lemah, dukkha.

Kenyataan yang tak sesuai harapan adalah realita yang harus dihadapi. Keinginan untuk tetap mendapat sesuai harapan ini yang membuat ketidakpuasan hadir, dukkhahadir. Kemelekatan akan sesuatu yang diinginkan membuat ketidakpuasan hadir, dukkhahadir. Kemelekatan, sejatinya yang membuat ketidakpuasan hadir, dukkhahadir.

Ketika berharap perjalanan ke kantor dapat ditempuh dengan lancar, kenyataan yang ada jalan macet. Kemelekatan pada jalan lancar, tapi mendapatkan jalan yang macet, membuat ketidakpuasan hadir, dukkhahadir.

Berharap mendapat keuntungan, tapi mendapatkan kenyataannya rugi. Kemelekatan akan keuntungan, membuat ketidakpuasan hadir, dukkhahadir. Berharap terus dapat dekat dengan ibu yang sangat menyayangi kita, kenyataanya beliau sudah tua dan harus meninggal. Melekat pada orang yang kita cintai, kenyataannya harus berpisah. Kemelekatan pada yang kita cintai, menghadirkan ketidakpuasan, dukkhahadir.

Melekat pada pada sesuatu, membuat kita berjuang untuk menariknya mendekati diri kita. Melekat pada keuntungan, berjuang terus menarik keuntungan. Mencintai seseorang, berjuang terus untuk dekat dengannya.

Kenyataan yang tidak diharapkan, membuat kita berjuang untuk menjauhinya. Tidak suka macet, macet harus dihindari, harus dijauhi. Tidak suka rugi, kerugian harus dihindari, kerugian harus dijauhi. Tidak suka seseorang, harus dihindari, harus dijauhi. Semua yang tidak diharapkan harus didorong sejauh-jauhnya. Mendorong jauh-jauh sesuatu yang tak diharapkan adalah kebencian.

Berharap nyaman, tapi nyaman sudah berlalu. Ketidakpuasan hadir, dukkhahadir karena ada kemelekatan pada rasa nyaman. Jalan yang macet, ketidakpuasan hadir, dukkhahadir karena ada kebencian pada macet.

Ketidakpuasan hadir, dukkhahadir, karena kemelekatan(lobha) dan kebencian(dosa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun