Mohon tunggu...
Jatmiko Tumino
Jatmiko Tumino Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Mengapa Saya Tidak Memilih Haryadi Suyuti (HS)?

9 Februari 2017   05:21 Diperbarui: 9 Februari 2017   06:25 536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

1. Selama memimpin Kota Yogyakarta 5 tahun terakhir, kinerja HS tidak

memuaskan publik.Hasil survei menunjukkan ±62% warga Kota Yogyakarta

menyatakan tidakpuas atas kinerja HS. (Survei Indopolling Network

Research yangdilakukan bulan September 2016)

2. Sudah menjadirahasia umum jika HS bukanlah pemimpin yang dekat

dengan rakyatsehingga kebijakan yang diambil juga tidak berpihak

untuk kepentinganrakyat. Ketidakhadiran HS di tengah rakyat sering

dikritisi masyarakattermasuk oleh kalangan seniman dengan mengadakan

“Festival SeniMencari Haryadi”.

(http://www.harianjogja.com/baca/2013/09/24/kritik-walikota-seniman-bikin-festival-seni-mencari-haryadi-450499)

3. Kebijakan HS yangtidak berpihak ke rakyat dibuktikan dengan

maraknya pembangunanhotel, apartemen dan mall di Kota Yogyakarta

tanpamempertimbangkan dampak-dampak negatifnya termasuk ketersediaan

air tanah yangmenjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan air warga Kota

Yogyakarta.Akibatnya banyak wilayah yang mengalami fenomena sumur

kering yang memicukeprihatinan banyak pihak termasuk akademisi dan

aktivis lingkunganhidup yang menyerukan gerakan “Jogja Asat”.

(http://jogja.tribunnews.com/2014/10/03/warga-kritik-pemkot-lewat-aksi-jogja-asat)

4. Menanggapigerakan “Jogja Asat” akibat tidak terkendalinya

pembangunan hotel,apartemen dan mall di Kota Yogyakarta, Gubernur DIY

Sri Sultan HamengkuBuwono X merasa “ditipu” oleh HS sebagai Walikota

Yogyakarta yangterus memberi ijin pembangunan hotel baru. Kalau

Gubernur DIY yangjuga Sultan Yogyakarta saja “ditipu” apalagi kita

yang rakyat biasa.

(http://www.aktual.com/sultan-hb-x-merasa-ditipu-perizinan-hotel-di-yogyakarta-melonjak/)

5. Menghadapi kritikkeras dari Ngarsa Dalem dan masyarakat tentang

perijinanpembangunan hotel baru yang bejibun (ada sekitar 104 ijin

baru selama HSmenjabat), HS bukannya bertanggung jawab secara

“gentle” tetapimalah menyalahkan aparatur dibawahnya dengan menyebut

dirinya tidak pernahteken ijin pembangunan hotel baru. Tetapi HS lupa

bahwa semuakebijakan pemerintahan di Kota Yogyakarta sepenuhnya

adalah tanggungjawabnya, bukan yang lain. (Harian Tribun Jogja 12

Oktober 2016 Hal. 1,judul “Wali Kota Sebut Tak Pernah Teken”)

6. Tentu kitamelihat telah banyak berdiri Toko Modern Berjejaring

(TMB) di KotaYogyakarta, bahkan berdiri di dekat pasar tradisional.

Hal itu menjadibukti bahwa HS tidak berpihak kepada usaha-usaha

ekonomi rakyat danbahkan menciptakan persaingan yang tidak sehat

antara TMB denganpasar tradisional. Banyak berdirinya TMB ternyata

juga tidak dibarengidengan penegakan regulasi karena faktanya banyak

TMB yangperijinannya tidak lengkap tetapi tetap dapat beroperasional.

Ada apa?(http://jogja.tribunnews.com/2017/01/23/delapan-toko-modern-tak-memperpanjang-izin-ho-dan-enam-tak-punya-iutm)

7. Ditengahkekosongan regulasi yang mengatur tentang menara mikrosel,

ada ratusan menara mikrosel yang telah berdiri dengan angkuhnya,

bahkan banyak yangberdiri di trotoar, taman dan lahan milik

Pemerintah KotaYogyakarta. Sementara pendapatan daerah dengan

berdirinyamenara-menara mikrosel tersebut tidak ada sama sekali.

Anehnya HS sepertitidak memiliki keberanian untuk menindak tegas

dengan menertibkanmenara-menara mikrosel tersebut termasuk yang ada

di lahan-lahan milikPemerintah Kota Yogyakarta. Padahal dari tahun

2012, sudah banyakpihak yang menyarankan agar HS segera menerbitkan

regulasi agarmenara-menara mikrosel memiliki payung hukum, mengatur

tempatnya dan adakontribusi untuk memperkuat PAD. Namun sampai habis

masa jabatannya, HStidak pernah mengindahkan saran tersebut. Akhirnya

menara-menaratersebut berdiri secara liar tanpa keterlibatan

pemerintah.(http://www.koran-sindo.com/news.php?r=5&n=103&date=2016-07-30)

8. Carut marutnyaregulasi di Kota Yogyakarta terkait perijinan

pembangunan hotelbaru, TMB dan menara mikrosel menunjukkan bahwa HS

membuka peluanguntuk terjadinya tidak pidana korupsi. Aroma korupsi

terkait perijinantersebut pernah disampaikan oleh Busyro Muqoddas

mantan komisionerKPK dalam sebuah pembekalan untuk anggota DPRD di

Jogja.(http://www.radarjogja.co.id/kpk-cium-aroma-di-balik-izin-hotel/#

)

9. HS menghapusprogram ramah lingkungan “Sego Segawe” di lingkungan

Kantor PemerintahKota Yogyakarta. Padahal program tersebut bertujuan

untuk mengurangiemisi gas buang dari kendaraan bermotor guna

menciptakanlingkungan yang lebih sehat dan mendorong masyarakat untuk

menggunakan alattranspotasi sepeda dan kendaraan umum untuk

mengurangi kemacetanlalu lintas di Kota Yogyakarta. Protes masyarakat

dan kalangan mudaatas kebijakan HS tersebut dituangkan dalam berbagai

media seni baikvideo, musik dan mural dengan tema “Ra Masalah Har”.

(https://www.youtube.com/watch?v=zly8OcutiGo)

Dengan mencermatifakta-fakta tersebut diatas, maka saya memutuskan

untuk TIDAK MEMILIHHaryadi Suyuti atau pasangan calon nomor 2 dalam

Pilkada KotaYogyakarta

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun