Identitas kuat dan keunikan dari suku Osing terjaga seiring dengan pengaruh modernisasi dan globalisasi, menandakan kebanggaan dan ketahanan budaya mereka di tengah perubahan zaman.
Tari Gandrung adalah salah satu tarian tradisional yang sangat populer di daerah Banyuwangi, Jawa Timur, Indonesia.Â
Tarian ini memiliki sejarah yang panjang dan merupakan bagian penting dari budaya serta tradisi masyarakat setempat.
Tari Gandrung pertama kali muncul pada abad ke-16 dan berkembang sebagai bentuk ekspresi rasa syukur masyarakat kepada Dewi Sri, dewi kesuburan dan pertanian. Pada awalnya, tarian ini dilakukan oleh para gadis muda yang disebut "Gandrung," yang berarti "jatuh cinta."Â
Ini merujuk pada rasa cinta dan ketergilaan mereka kepada dewi kesuburan tersebut.
Tari Gandrung sangat erat kaitannya dengan kehidupan sosial dan pertanian di Banyuwangi. Tradisionalnya, tarian ini diadakan di malam hari di lapangan terbuka atau di halaman rumah.Â
Gandrung diiringi oleh musik tradisional yang terdiri dari gendang, rebab, gong, dan suling. Gandrung biasanya menari dengan mengenakan kostum yang warna-warni dan menarik, menambah keindahan dan keanggunan tarian ini.
Dalam perkembangannya, Tari Gandrung juga menjadi simbol identitas dan kebanggaan bagi masyarakat Banyuwangi.Â
Tari ini tidak hanya dipertunjukkan dalam acara ritual atau adat tetapi juga dalam acara festival dan pariwisata, menjadi salah satu daya tarik wisata budaya di Jawa Timur.
Tari Gandrung tidak hanya menghibur tetapi juga menyampaikan nilai-nilai budaya dan sosial yang mendalam, menjadikannya lebih dari sekedar pertunjukan seni, tetapi juga media komunikasi dan pelestarian budaya.
Sejarah Tari Gandrung Banyuwangi