Yang kemudian meruncing dan memanas adalah ketika rakyat manusia memprotes perilaku para monyet yang sangat tidak menghormati betinanya. Perilaku yang jelas bertentangan dengan budaya rakyat manusia yang sangat menghormati kaum ibunya, neneknya, bibinya. Protes itu jelas memancing reaksi keras dari sekian etnis monyet; Gelada, simpanse, munyuk, lutung, gorilla, bekantan, orangutan, uwa-uwa, dan banyak lagi.
Para binatang mencurigai protes manusia itu berasal dari kesumat mereka karena kemiripan lahiriah sekian persen yang sulit untuk dipungkiri. Sejujurnya manusia memang sangat tak ingin disamakan. Karena jelas, mereka jauh lebih unggul dalam segala hal.
"Dasar manusia! Otak rumit di kepala kecil kalian itu memang sangat licik! Otak binatang kami memang tahunya makan, kawin, dan kelahi saja. Mengapa kalian tak ajari kami untuk bersikap dan menghormati betina-betina kami?" teriak Pongo, primata dari Borneo.
Di bawah ancaman cakar, taring, gadil, gading nan tajam, bisa-bisa mematikan, dan kamuflase para binatang yang sangat memusingkan rakyat manusia, akhirnya mau tak mau mereka pun bersedia memberikan mata pelajaran kepada para binatang. Tidak secara gratis tentunya, namun dengan perjanjian hitam di atas putih, yang menyebutkan jumlah sekian upeti untuk kinerja mulia itu. Manusia tak pernah mau rugi dan terbukti mereka memang spesies unggul yang lihai mengungguli.
Setelah pelajaran diterima diterima dengan baik. Penghargaan pun diberikan. Para binatang yang selama ini tak kenal dihargai menjadi sangat terharu dan mengakui bahwa rakyatnya benar-benar manusia.
"Selamat Datang di Kawasan Bebas Narkoba" Adalah anugerah plakat untuk komunitas simpanse yang pada masa lalunya jauh sebelum berkuasa sebagai pimpinan, pernah bekerja di sirkus keliling. Setelah mendapat pengajaran dari berbagai LSM rakyat manusia, komunitas itu berhasil meninggalkan budaya candu dalam waktu relatif singkat karena kepatuhan memang sudah menjadi sifat dasar para binatang.
"Selamat Datang di Kawasan Anti Menjarah, Maling, Jambret dan Rampok." Plakat itu dianugerahkan kepada komunitas munyuk macaque yang secara lahiriah berhobi mengambil apa saja yang bukan hak miliknya.
"Selamat Datang di Kawasan Industri Berikat." Anugerah berharga itu dikalungkan ke leher Donnie si donkey dan sepupu-sepupunya, Poo si pony, Zee Zee si kuda belang yang sontak memamerkan gigi tonggosnya sambil menyepak-sepak.
Usai semua itu, kini kedua belah pihak merasa equal. Para binatang berjanji akan menjalankan peran sebagai penguasa dengan arif dan bijaksana, mengabdi dan melayani manusia. Dari pihak manusia sebagai rakyat yang bersahaja berjanji untuk tidak lagi menyebut umpatan "dasar binatang" karena menurut para binatang itu terlalu kasar dan menyakiti. Apalagi kedudukannya saat ini adalah sebagai pimpinan yang harus dihormati tinggi-tinggi.
Namun demikian masih ada yang mengganjal, alot dan keukeuh hingga meruncing menjadi polemik. Hanya soalan sepele saja, bila menurut ranah pemikiran cerdas manusia, iatu perkara kotor dan suci. Tak hanya pendidikan formal saja, bahkan kursus-kursus malam hari sepulang para binatang itu berburu materi, sudahpun diadakan akan tetapi para binatang tetap sulit dibuat mengerti. Tak juga difahami padahal jelas benar perbedaannya.
Dasar bina...! Upss, seorang manusia luput mengumpat. Perjanjian tak boleh dilanggar, nanti hilanglah kehormatan. Padahal jengkelnya tak kepalang sebab bebal nian otak para binatang itu.