"Bapak ini keluarga pasien kan?"
"Iya Bu Perawat."
"Bisa ke kantor administrasi sebentar?. Ada yang perlu diurus, Pak."
"Baik Bu Perawat, saya segera ke sana," Pak Dono sejenak memandangku dan berkata, "Bapak tinggal dulu ya, Nak. Kamu istirahat saja baik-baik."
"Iya Pak. Terima kasih," jawabku.
Suasana hening mendominasi ruangan. Aku kembali merenungkan kisah Pak Dono saat menemukanku di jalan.
Ternyata aku tergeletak lama di jalanan. Apakah tidak ada yang bersedia menolong aku? Seingatku biasanya orang-orang langsung bertindak bila menemui adanya kecelakaan. Apa mereka tahu kalau yang jatuh saat itu adalah seorang pemabuk? Lalu dibiarkan supaya tahu rasa.
Ah, betapa aku waktu itu seperti hewan liar yang tertabrak kendaraan. Tidak ada yang merasa kehilangan. Sesuatu yang menjijikkan. Seperti sampah yang mengotori jalanan.
Minuman itu memang melenakan. Segala persoalan sejenak bisa terlupakan. Namun permasalahan lain yang lebih besar akan berdatangan. Di saat tersadarkan semuanya sudah hancur berantakan.
Sebuah cerita yang terinspirasi oleh kisah titik balik seorang teman ketika gemar mabuk-mabukan dan bersahabat karib dengan miras.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H