Mohon tunggu...
J A Parris
J A Parris Mohon Tunggu... Insinyur - "Seorang pria dengan rasa apel segar..."

Light Giver Motivator Pelatihan Management Konsultan Teknologi Informasi Konsultan Bisnis Pengajar Bahasa Inggris untuk bisnis Pencinta bait bait indah kontak: japarris@gmail.com Line ID: japarris

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Dongeng] Kisah Beruang yang Jujur (Dipublikasikan Ulang)

30 Agustus 2020   19:20 Diperbarui: 30 Agustus 2020   19:25 1933
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Halo lagi teman-teman kompasiana yang keren - keren.

Setelah saya berjibaku dengan kehidupan yang penuh tanjakan dan turunan yang sangat terjal, nasib membawa saya kembali menjumpai teman - teman sekalian di sini.

Banyak hal yang ingin saya kisahkan di sini, namun ada sedikit semangat yang saya dapat dari seorang pembaca yang baik hati yang menyempatkan diri untuk melakukan review tulisan-tulisan saya disini. 

Sengaja saya tidak melakukan perubahan dari kisah ini langsung pada judulnya melainkan mengunggahnya kembali dengan judul yang berbeda dan dengan kaidah penulisan yang mungkin masih jauh dari sempurna akan tetapi lebih dapat di ikuti jalan ceritanya. 

Terimakasih khusus saya untuk sang editor yang menyempatkan diri membaca kata perkata dari dongeng ini dan menyampaikan beberapa masukan. 

Pada naskah dongeng yang saya tulis beberapa tahun yang lalu dengan link berikut [DONGENG] Beri si beruang jujur karena saya sangat menghargai pembacanya yang mencapai lebih dari 9000an pembaca maka saya dengan penuh pertimbangan tidak mengubah jalan ceritanya tetapi saya memilih menayangkan cerita ini dengan versi yang sedikit lebih rapi dan lebih detail penulisannya.

Berikut ini adalah kisahnya ......selamat membaca.

Salam Hangat, tetap jaga jarak, tetap jaga kesehatan dan lindungi yang terkasih.

-J.A.Parris 30.08.2020-

Di sebuah hutan yang luas tinggalah satu keluarga beruang, dikisahkan sang ayah adalah pencari kayu bakar dan sang ibu adalah pembuat kue yang menjualnya di pasar, mereka memiliki seorang anak laki- laki yang diberi nama  Beri.

Sang anak adalah seekor beruang kecil yang lincah, pintar dan dia sangat rajin membantu kedua orang tuanya, terkadang dia ikut dengan ayahnya ke hutan mencari kayu bakar atau jika saat hari pasar akan ikut bersama ibunya pergi ke pasar untuk membantu ibunya berjualan di pasar.

Pada suatu hari ayah pergi ke hutan bersama sekelompok beruang lainnya seperti biasa untuk mencari kayu bakar namun hari itu anaknya si Beri tidak ikut bersama ayahnya karena harus mengantar ibunya ke pasar menjual kue karena hari itu adalah hari pasar dan pasti akan sangat ramai pembeli yang ingin membeli kue buatan ibunya yang rasanya terkenal sangat enak dan hampir semua penduduk hutan menyukai kue yang dibuat oleh ibunya.

Hari itu keadaan di pasar sangatlah ramai, seluruh pedagang dari segala penjuru hutan dengan semangat menjajakan dagangan mereka, mulai dari buah-buahan, sayuran, pakaian, kue -- kue dan bahan makanan lainnya dan hampir seluruh penduduk hutan mulai dari keluarga semut hingga keluarga gajah datang berbelanja kebutuhan mereka sehari -- hari, karena pasar hutan hanya dibuka satu minggu sekali yaitu pada hari Selasa sehingga kebanyakan dari mereka berbelanja sangat banyak untuk kebutuhan satu minggu kedepan, tampak anak-anak dari berbagai jenis binatang berlarian riang gembira yang menuju salah satu penjual mainan anak-anak dan satu persatu membeli mainan kesukaannya masing-masing.

Ibu Beri juga demikian, berbelanja kebutuhan di rumah untuk satu minggu kedepan, saat ibu berbelanja sang anaklah yang menjaga dagangan kuenya, meskipun masih kecil namun dia sangat pandai melayani para pembeli mulai dari memasukan kue ke dalam wadah bambu yang sudah disiapkan sebagai wadah kue untuk dibawa pulang oleh pembeli sampai dengan menyimpan uang yang diberikan oleh pembeli dengan hati-hati kedalam tasnya.

Singkat cerita pada sore harinya ibu dan Beri pulang dari pasar, mereka begitu gembira karena kue dagangan ibu habis terjual, sang anak beruang lucu itu berjalan sambil melompat-lompat sambil sesekali memainkan mainan kincir angin yang dibelikan oleh ibunya dan karena riangnya dia berjalan sambil melompat-lompat, terkadang sang ibu tertinggal karena ia melompat terlalu jauh, mereka berjalan menusuri hutan yang lebat yang kelihatan semakin gelap.

Setibanya di halaman rumah mereka, Beri berlari menuju rumah lalu berteriak mencari ayahnya dan berkata "ayah...ayah... kami pulang ....ayaaahh....??" Beri mencari ayahnya karena ingin bercerita kalau dagangan ibu terjual habis, kemudian Beri mencari lagi ayahnya " ayaahhh.....ayaaaaah, ayah dimana?" karena tidak mendapat jawaban kemudian dia mencari ayahnya ketempat penyimpanan kayu bakar tetapi tetap tidak ada.

Dengan wajah kecewa kemudian ia kembali berlari kearah ibunya dan berkata "ibu...ibuuu, aku tidak mendengar suara ayah, apa ayah belum pulang ya bu?".

Namun sang ibu tidak menjawab lalu dipandanginya wajah ibunya itu terlihat seperti bersedih kemudian dia bertanya, "ibu, kenapa ibu bersedih?" ibunya menjawab "ahh tidak nak, ibu hanya lelah setelah seharian berjualan, mari masuk ke rumah nak...", kemudian mereka berdua berjalan masuk ke dalam rumah bersama -- sama.

Hingga larut malam Beri dan ibunya menanti di dalam rumah namun ayahnya belum juga kembali, ibu menanti dengan setia di dekat pintu rumah, sang anakpun ikut menanti tetapi karena terlalu lelah maka iapun tertidur, ibu dengan gelisah menanti ayah pulang, hingga dini haripun ibu tetap setia menati.

Saat matahari pagi terbit, ibu yang tertidur di dekat pintu rumah samar-samar mendengar langkah kaki berjalan mendekat lalu terbangun membuka pintu dan dari kejauhan terlihat sesosok beruang jantan dewasa yang gagah sedang berjalan menuju ke rumahnya, dia gembira karena mengira itu adalah derap langkah suaminya lalu bersiap menyambutnya lalu dia berkata kepada anaknya "naaak banguun naak...ayahmu sudah pulaang...." sang anakpun terbangun dan berlarian mengikuti keluar rumah.

Tetapi saat sang beruang gagah tersebut terlihat semakin mendekat maka kecewalah hati ibu karena yang datang medekat itu adalah paman Durga adik dari ayah Beri, hati ibupun menjadi tak karuan dan was-was jadinya karena paman Durga terlihat membawa golok kesayangan ayah Beri di tangannya, ibu menjadi  sangat gelisah, sampai pada akhirnya paman Durga berada tepat di hadapannya.

Beri memberanikan diri untuk bertanya kepada paman Durga, "paman...paman...mana ayah...paman... dimana ayahku...?" dia menarik-narik tangan pamannya dan bertanya lagi dengan tidak sabar "pamaaaan....kenapa diam saja paman....mana ayahku....?", dia mulai gelisah dan terus menarik-narik tangan pamannya itu.

Mendengar pertanyaan dari keponakannya itu paman Durga kemudian berlutut di hadapan anak beruang itu dan berkata kepadanya "maafkan paman ya Beri....", ia terdiam sesaat dan melihat ke arah ibunya Beri dengan mata berkaca-kaca lalu berkata terbata-bata, "pa..paman melihat ayahmu kemarin ..ter...tertembak senapan manusia pemburu....dan...dan..." paman Durga seperti enggan melanjutkan...lalu Beri bertanya dengan lirih "dan kenapa paman...?" pamannya itu menjawab tetapi sambil mencucurkan airmata "...tu...tubuhnya dibawa oleh merekaaa...." dia tertunduk sambil mengelus-elus kepala keponakannya menyembunyikan tangisannya.

Kemudian dia menatap ke arah sang istri kakaknya itu dan berkata "..mohon maaf ya kak Rumin aku tidak bisa berbuat apa-apa, kami semua begitu takut dengan senapan, jadi kami berlarian panik meninggalkan kak Boldi sendirian di sana...", sedikit terisak kemudian berkata lagi "..saat kami kembali...tubuhnya sudah tidak ada...dan kami melihat dari kejauhan para manusia menggotong tubuhnya...." Masih terisak kemudian ia menyerahkan sebilah golok milik kakaknya kepada Rumin sambil berkata "...ini golok suamimu sebagai kenang-kenangan, simpan baik-baik dan dirawat agar suatu hari nanti anakmu dapat menggunakannya untuk mencari kayu bakar di hutan".

Rumin yang masih terkejut dan dengan tangan yang gemetar menerima golok tersebut berselang beberapa saat iapun pingsan dan dengan sigap paman Durga membawanya kedalam rumah.

Sepanjang hari itu paman Durga menemani mereka hingga mereka sedikit tenang, kemudian dia pamit pulang dan berjanji akan datang setiap hari untuk keponakannya dan membimbingnya serta mengajarinya seperti seorang ayah baginya hingga dia cukup dewasa.

Sepeninggalan ayahnya, Beri si anak beruang lucu itu belajar banyak dari paman Durga, mulai dari memotong kayu, membelah kayu dan memilih pohon kayu yang boleh di tebang, paman Durga selalu berkata "...ingat nak, kita hanya boleh menebang kayu yang sudah kering saja supaya hutan kita tidak gundul dan kita selalu dapat berlindung di hutan ini selama -- lamanya"...Beri selalu ingat pesan pamannya itu dan hanya mencari pohon kayu yang sudah kering untuk ditebang sejak saat itu.

Singkat cerita dikisahkan saat itu Beri sang anak beruang sudah tumbuh menjadi beruang remaja yang gagah mirip seperti ayahnya dan dia sudah terbiasa mencari kayu bakar di hutan sendirian tanpa ditemani paman Durga,

".....waahh kamu sudah sangat gagah sekarang nak ..." suatu pagi ibunya berkata "...kamu sudah pandai seperti pamanmu...pesan ibu selalu waspada di hutan sana, karena banyak pemburu mencari binatang yang berkeliaran..."ibunya menambahkan " ingat itu nak, ibumu ini sendirian dan hanya kamu yang menemani...".

Di suatu hari yang cerah Beri berjalan sendiri mencari kayu di dekat danau di tengah hutan, dengan hati-hati dan waspada ia berkeliling danau tesebut mencari pohon kayu yang kering dan akhirnya dia menemukan sebuah pohon mangga hutan yang kering yang bisa ia tebang, "...naah akhirnya aku temukan pohon kayu yang kering...waah besar juga...pasti banyak akan aku dapatkan kayu bakar..." ia berguman lalu dengan gembira dia mengeluarkan goloknya dan mulai memotong pohon besar tersebut perlahan-lahan.

Saat sedang memotong pohon kering dengan semangat tanpa sengaja golok Beri tercemplung ke dalam danau...seketika itu iapun panik dan kebingungan di pinggir danau, dia sangat  ketakutan karena golok yang dijatuhkannya itu adalah golok peninggalan ayahnya dan ia berjanji pada ibunya untuk selalu menjaganya agar tidak sampai rusak ataupun hilang.

Dia mencoba mencari-cari ke sekitar danau, ada keinginannya untuk turun ke air namun dia tidak bisa berenang dan takut akan tenggelam karena dia tau danau tersebut sangat dalam dan tidak ada seekor binatangpun terlihat di sekitar situ yang akan membantunya seandainya dia tenggelam, lalu dia berlari kesana kemari berusaha mencari-cari cara untuk dapat menemukan goloknya namun tetap dia tidak bisa temukan.

Dia berkata dalam diri sendiri "...aduuh bagaimana ini, golok ayah aku hilangkan, aku harus bagaimana, nanti ibu pasti sedih kalau tahu golok ayah hilang, itu peninggalan ayah satu-satunya....duuuh..." semakin gusar Beri pada saat itu dan dia hanya bisa meneteskan airmatanya dan tertunduk duduk di samping danau.

Lalu tiba-tiba muncul seekor ikan mas ajaib dan berkata, "wahai beruang mengapa kamu menagis begitu? sedang apa kamu disini?" ikan ajaib itu bertanya kepadanya.

Beri menjawab, "aku sedang mencari kayu bakar lalu golokuuu....." Beri tidak melanjutkan malah menangis "aduuuh ibuuuu bagaimana ini...golok hanya satu-satunya peninggalan ayah aku hilangkaaan..." Beri menangis tersedu-sedu, kerana golok itu adalah sumber mata pencaharian keluarga dan saat ini ibu sudah tidak membuat kue lagi setelah sakit-sakitan ditinggal ayah.

Ikan itu berkata lagi " sudahlah jangan menagis, usap airmatamu, biar aku bantu mencarikannya" lalu ikan itu bertanya lagi "dimana golokmu terjatuh mari aku ambilkan?"

Beri menjawab dengan tidak yakin "...di...di sekitar situ...", menunjuk kearah yang tidak jauh dari ikan mas ajaib, seketika itu juga ikan mas ajaib menyelam dan kembali ke permukaan membawa sebilah golok.

Ditunjukannya sebilah golok yang cantik terbuat dari emas berlapiskan batu permata dan berkata "...apakah ini golok mu?"  Beri terperanjat dan berkata "...bukan itu bukan golok ku, golok ku tidak sebagus itu" ikan itu tersenyum menjawab "baiklah, aku akan cari lagi ya...tunggu disini..." dan kembali menyelam ke dalam danau.

Lama Beri menanti ikan ajaib tersebut namun dia tidak kembali juga ke permukaan, dengan sabar Beri menunggu sang ikan ajaib di pinggir danau hingga setelah sore hari ikan ajaib itupun kembali, "wahai beruang....maaf ya sudah lama menunggu, saya mencari-cari golokmu kesana kemari di dasar danau" sang ikan berkata lagi sambil menunjukan sebilah golok "..ini golokmu sudah ketemu.." Beri melompat  kegirangan, tetapi saat melihat sebilah golok perak yang sangat besar dia berkata kepada ikan ajaib " bukan ...itu bukan golok kuuuu.., golokku hanyalah golok biasa, tetapi itu peninggalan ayah, aku sangat menyayangi golokku..." ikan mas ajaibpun tersenyum kembali dan berkata "...baiklah baiklah jangan panik begitu, akan aku bantu carikan lagi, tapi ini yang terakhir ya, karena hari sudah mulai gelap aku harus pulang...." kemudian ikan itu kembali menyelam ke dalam danau.

Sepeninggalan ikan ajaib tersebut, Beri kembali duduk tertunduk dan menagis lalu memanggil-manggil ibunya dengan terisak dia berkata "....ibuuuu..maafkan akuuu ...golok ayah aku hilangkaan"...ditengah tangisannya sang ikan mas itupun muncul kembali ke permukaan danau dan berkata kepadanya "...hey sudah besar jangan cengeng, ayo berhenti menangis....ini golokmu sudah kutemukan..." sambil menunjukan sebilah golok usang bertangkaikan kayu mahoni, saat Beri melihat golok itu dia sangat gembira, dan tak henti-hentinya berterima kasih pada ikan mas ajaib "terimakasih ikan ajaib...terima kasih banyak...aku senang bisa mendapatkan kembali golokku...terimakasih..."

Saking senang dan berterimakasih ia sampai bersujud pada ikan mas ajaib dan berkata lagi "terimakasih ikan ajaib yang baik ...golok ini sangat berarti bagi ku dan ibu" tanpa disadarinya karena sedang bersujud, ikan mas ajaib itu hilang.

Beberapa saat setelah bersujud, ia terperanjat mendapati sang ikan mas ajaib sudah tidak ada lalu ia berguman sendiri "looh....kemana ikan ajaib tadi, tapi aku sangat bersyukur akhirnya golokku ditemukan, semoga besok ikan ajaib itu ada lagi, aku ingin berterimakasih lagi dia sudah membantu mencarikan golokku.." sambil bersiap-siap pulang dan merapihkan ranting kayu bakar yang sudah dia dapat sebelum goloknya terjatuh ke dalam danau karena hari sudah petang.

Disaat Beri sedang sibuk mengikat kayu bakarnya, tiba-tiba ikan mas ajaib tadi kembali ke permukaan, dan berkata "wahai beruang...aku melihat kamu sangat baik dan jujur, dan sangat menyayangi kedua orang tuamu, sebagai imbalan atas kejujuranmu, aku ingin hadiahi kamu golok emas dan golok perak ini, nah terimalah pemberianku ini..." sambil menaruh golok -- golok indah tersebut di pinggiran danau.

Dengan ragu Beri mendekat ke pinggiran danau tersebut karena ia selalu ingat ucapan ibunya agar jangan menerima pemberian dari yang belum ia dikenal, dengan sikap sopan dia menolak pemberian ikan ajaib itu  dan berkata kepada sang ikan "terimakasih ikan ajaib, kamu sudah  sangat baik kepadaku, tetapi bagiku sudah mendapatkan kembali golokku ini saja aku sangat bahagia dan menurutku aku tidak layak menerima pemberianmu ini, jadi simpanlah kembali golok -- golok itu karena itu bukan milikku..." sambil melanjutkan mengikat kayu bakar.

Ikan mas ajaib tersebut terdiam dan takjub dengan ketulusan dan kerendahan hati sang beruang ini kemudian berkata kepadanya "wahai beruang yang baik, aku memberikan ini karena memang golok-golok ini sudah menjadi milikmu, karena kamu satu-satunya mahluk yang aku temui di sekitar danau ini yang begitu tulus dan jujur..." ikan ajaib tersebut kembali menyodorkan kedua bilah golok emas dan perak dan berkata "nah terimalah, aku memang ingin memberikannya kepada siapapun yang paling jujur"....masih dengan sedikit ragu kemudian Beri menjawab "apakah benar ini untukku?" ikan itu menjawab lagi "tentu...ini sudah menjadi milikmu, pergunakanlah baik-baik, bahkan kamu dapat menjualnya dan membahagiakan ibumu " diletakannya golok -golok tersebut di atas tangan Beri.

Kembali Beri bersujud dan berterimakasih, dan saat ia bangkit ikan mas ajaib itupun sudah mengilang. 

Setelah menerima kedua golok pemberian sang ikan ajaib, dia melanjutkan untuk merapihkan kayu bakarnya maka pulanglah dia  dengan hati riang gembira, dan berencana akan membahagiakan ibu dengan hasil penjualan golok tersebut.

Pesan Moral :

Tetaplah bekerja keras dan berjuanguntuk masa depan apapun yang terjadi dan jadikanlah hati yang tulus dan jujur sebagai sandaran hidup, karena dengan ketulusan dan kejujuran akan membawa kita pada kehidupan yang lebih baik.

//--- special thanks to my insomniac super editor--//

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun