Mendengar pertanyaan dari keponakannya itu paman Durga kemudian berlutut di hadapan anak beruang itu dan berkata kepadanya "maafkan paman ya Beri....", ia terdiam sesaat dan melihat ke arah ibunya Beri dengan mata berkaca-kaca lalu berkata terbata-bata, "pa..paman melihat ayahmu kemarin ..ter...tertembak senapan manusia pemburu....dan...dan..." paman Durga seperti enggan melanjutkan...lalu Beri bertanya dengan lirih "dan kenapa paman...?" pamannya itu menjawab tetapi sambil mencucurkan airmata "...tu...tubuhnya dibawa oleh merekaaa...." dia tertunduk sambil mengelus-elus kepala keponakannya menyembunyikan tangisannya.
Kemudian dia menatap ke arah sang istri kakaknya itu dan berkata "..mohon maaf ya kak Rumin aku tidak bisa berbuat apa-apa, kami semua begitu takut dengan senapan, jadi kami berlarian panik meninggalkan kak Boldi sendirian di sana...", sedikit terisak kemudian berkata lagi "..saat kami kembali...tubuhnya sudah tidak ada...dan kami melihat dari kejauhan para manusia menggotong tubuhnya...." Masih terisak kemudian ia menyerahkan sebilah golok milik kakaknya kepada Rumin sambil berkata "...ini golok suamimu sebagai kenang-kenangan, simpan baik-baik dan dirawat agar suatu hari nanti anakmu dapat menggunakannya untuk mencari kayu bakar di hutan".
Rumin yang masih terkejut dan dengan tangan yang gemetar menerima golok tersebut berselang beberapa saat iapun pingsan dan dengan sigap paman Durga membawanya kedalam rumah.
Sepanjang hari itu paman Durga menemani mereka hingga mereka sedikit tenang, kemudian dia pamit pulang dan berjanji akan datang setiap hari untuk keponakannya dan membimbingnya serta mengajarinya seperti seorang ayah baginya hingga dia cukup dewasa.
Sepeninggalan ayahnya, Beri si anak beruang lucu itu belajar banyak dari paman Durga, mulai dari memotong kayu, membelah kayu dan memilih pohon kayu yang boleh di tebang, paman Durga selalu berkata "...ingat nak, kita hanya boleh menebang kayu yang sudah kering saja supaya hutan kita tidak gundul dan kita selalu dapat berlindung di hutan ini selama -- lamanya"...Beri selalu ingat pesan pamannya itu dan hanya mencari pohon kayu yang sudah kering untuk ditebang sejak saat itu.
Singkat cerita dikisahkan saat itu Beri sang anak beruang sudah tumbuh menjadi beruang remaja yang gagah mirip seperti ayahnya dan dia sudah terbiasa mencari kayu bakar di hutan sendirian tanpa ditemani paman Durga,
".....waahh kamu sudah sangat gagah sekarang nak ..." suatu pagi ibunya berkata "...kamu sudah pandai seperti pamanmu...pesan ibu selalu waspada di hutan sana, karena banyak pemburu mencari binatang yang berkeliaran..."ibunya menambahkan " ingat itu nak, ibumu ini sendirian dan hanya kamu yang menemani...".
Di suatu hari yang cerah Beri berjalan sendiri mencari kayu di dekat danau di tengah hutan, dengan hati-hati dan waspada ia berkeliling danau tesebut mencari pohon kayu yang kering dan akhirnya dia menemukan sebuah pohon mangga hutan yang kering yang bisa ia tebang, "...naah akhirnya aku temukan pohon kayu yang kering...waah besar juga...pasti banyak akan aku dapatkan kayu bakar..." ia berguman lalu dengan gembira dia mengeluarkan goloknya dan mulai memotong pohon besar tersebut perlahan-lahan.
Saat sedang memotong pohon kering dengan semangat tanpa sengaja golok Beri tercemplung ke dalam danau...seketika itu iapun panik dan kebingungan di pinggir danau, dia sangat  ketakutan karena golok yang dijatuhkannya itu adalah golok peninggalan ayahnya dan ia berjanji pada ibunya untuk selalu menjaganya agar tidak sampai rusak ataupun hilang.
Dia mencoba mencari-cari ke sekitar danau, ada keinginannya untuk turun ke air namun dia tidak bisa berenang dan takut akan tenggelam karena dia tau danau tersebut sangat dalam dan tidak ada seekor binatangpun terlihat di sekitar situ yang akan membantunya seandainya dia tenggelam, lalu dia berlari kesana kemari berusaha mencari-cari cara untuk dapat menemukan goloknya namun tetap dia tidak bisa temukan.
Dia berkata dalam diri sendiri "...aduuh bagaimana ini, golok ayah aku hilangkan, aku harus bagaimana, nanti ibu pasti sedih kalau tahu golok ayah hilang, itu peninggalan ayah satu-satunya....duuuh..." semakin gusar Beri pada saat itu dan dia hanya bisa meneteskan airmatanya dan tertunduk duduk di samping danau.