Keesokan harinya , Irfan beserta kawan-kawan mulai berjuang . Ditemani Ustad Rizqi sebagai pembimbing meraka mencari ruang tes masing-masing . Irfan pun menemukan ruangannya dilantai atas .
Tertera di situ ruangan 307 seperti dikartu pendaftarannya. Ia nampak tegang memasuki ruangan , telah banyak peserta yang hadir disitu . Ia duduk dan terus menenangkan pikirannya. Tapi jantungnya terus berdebar-debar . Ia merogoh kedalam tasnya seperti ada yang kurang  dan benar saja Irfan lupa akan suatu hal yang penting . Ia lupa membawa alat tulis dan papan.
Mukanya langsung pucat , meski begitu ia memberanikan diri untuk meminjam pensil pada pengawas ujian. "Syukurlah pengawasnya baik " gumamnya.
Kemudian soal-soal dibagikan , tak lupa ia membaca doa juga mendoakan guru dan pembuat soal agar kelak dimudahkan saat pengerjaan begitu dawuh gurunya dipondok. Â Akhirnya dua jam berlalu , ujian tertulis usai sudah.
Kini saatnya ujian lisan dimana peserta seleksi akan dipanggil satu persatu  diwawancara juga di tes hafalannya.
Lambat pasti pasti semua peserta diruang ujian silih berganti masuk dan keluar .Irfan tetap pada sikapnya yakni menunggu . Ujian lisan telah dimulai dari pukul dua siang dan sekarang matahari sudah hampir tenggelam  .Irfan terus menunggu.
" Irfan , Jusuf , Zaenal , Ahmad, Heru masuk! " Teriak penguji dari dalam ruangan.
Nampaknya irfan termasuk golongan terakhir yang dipanggil. Â Penguji mempersilahkan mereka duduk. Dan siap memberi pertanyaan . Dengan tatapan tajam penguji itu menunjuk mereka satu persatu.
"Kamu hafal berapa juz? " Tanya penguji.
"30 Juz ",
"Saya 20 Juz" ,