Setidaknya masa kekuasaan Orba tardapat tiga kali gerakan mahasiswa yang berhulu ledak cukup besar. Pertama , peritiwa Malari (Malapetaka 15 Januari 1974). Diamana mahasiswa memrotes kunjungan PM Jepang, Tanaka, dengan aksi blokir besar-besaran yang mengakibatkan ibu kota lumpuh total. Walapun kasak kusuknya aksi tersebut juga didalangi oleh elite, karena Indoensia adalah pasar dari Amerika. Wallahu’alam
Kedua, setelah empat tahun dari peristiwa Malari, gerakan mahasiswa muncul kembali pada tahun 1978. Serangkaian aksi berjalan di kota-kota besar. Jakarta, Surabaya, Bandung dan Yogyakarta. Aksi tersebut adalah aksi penolakan pencalonan Soeharto menjadi presiden untuk kesekian kalinya. Aksi mahasiswa yang semakin menjadi-jadi ini direspon oleh Soeharto dengan mengeluarkan kebijakan Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dan Badan Koordinasi Kampus (BKK).
Kebayangkan jika ente hidup pada masa itu dan masih ikut-ikutan aksi, maka ente masuk kamar mahasiswa yang ga normal. hehe. Normal dalam perspektif NKK/BKK adalah mahasiswa dinormalisasikan atau dikembalikan pada ‘khittah’ nya. Fokus pada studi, ga usah ikut ngurus negeri dan lulus dengan IPK tinggi.
“Ehh.. itu kopinya di sruputt lagi nak...” . Selorohku, sambil merajut kata yang ada didalam otakku.
Ketiga, tahun 1998. Walapun sebelum aksi besar 1998 sudah bermunculan letupan-letupan aksi kecil atas respon krisis moneter di pertengahan tahun 1997. Tuntutan mudurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Rakyatpun mengamini agenda nasional tersebut. Soeharto menjadi common enemy. Soeharto tumbang.
Terdengar lirih suara dari sebelah kanan saya “Mas kopine tinggal ampase, hik’e wes tutup”. suara dari seorang ‘biji’ yang dialeknya sepertinya bukan orang jawa. “Ya ampase di cur jarang panas meneh bae.” Usulku.
“lah itu yang sampaen ceritakan tadi kan fakta heroisme gerakan mahasiswa mas, terus yang mitos itu yang mana?”, tanya ‘biji’ cowok di depanku.
Melihat kenyataan tersebut, memang gerakan mahasiswa bukan hanya sekadar mitos. Mahasiswa menjadi martir perubahan (Agent Social Of Change). Atau lebih tepatnya merubah dari satu rezim ke rezim yang lain. Soekarno ditumbangkan dengan bacaan kondisi bahwa negara sudah kacau, harga kebutuhan pokok membumbung tinggi, menabrak prosedur demokrasi dengan membubarkan DPR hasil pemilu 1955 dan diganti dengan DPR-Gotong Royong dimana anggota diangkat langsung oleh Soekarno dan beberapa hal yang menjadikan Soekarno harus berhadapan dengan masa.
Beralih rezim pada Soeharto. 32 tahun memimpin dengan gaya mirip Niccolo Machiavelli, menghalalkan segala cara untuk mempertahankan kekuasaan. Walaupun Mbah Machiavelli juga wegah diserupakan dengan Soeharto. Teori Machiavellian lebih lepat untuk diletakkan pada dasar ilmu politik dan pemikiran awal yang mendorong terjadinya proses sekulerisasi (desakralisasi) politik.
Pada masa Orba, cuaca otoritarian lebih terasa dari pada iklim demokrasi. Semua tersentralisasi pada presiden dan Jakarta. Pers terkungkung. HAM ditelikung. KKN semudah memanen bayam dan kangkung. 1998 Soeharto digulung para oratur ulung.
Pasca 1998, gerakan mahasiswa dihadapkan pada kondisi yang multi-dimensional. Gerakan mahasiswa memiliki garis perjuangan dan agenda yang beragam. Secara kuantitatif dan kualitatif, gerakan mahasiswa mengalami devisit.