Mohon tunggu...
Jampit L.S. Pamungkas
Jampit L.S. Pamungkas Mohon Tunggu... -

- Sekarang bekerja sebagai Corporate Social Responsibility di salah satu perbankan. - S1 hingga 14 semester - Penonton politik - Penulis amatiran - Sukak nasi goreng pake sayur

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mahasiswa dan Mitos Agent Social of Change

23 Januari 2017   17:45 Diperbarui: 23 Januari 2017   19:40 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mas, kita kemaren dapat ajakan untuk turut bergabung dengan aksi 121 oleh organ mahasiswa se-Solo raya tapi kami tidak berangkat, karena aksi tersebut terkesan serampangan dan erat dengan singgungan politik” ujar salah satu ‘biji’ dengan raut serius bak onanor ulung, orator maksud saya (orator, orang yang berorasi, lha kalo onanor? Orang yang ber...??).

Di sudut yang lain ada yang langsung menindih pembicaraan “Menurut kamu mas, bagaimana kondisi gerakan mahasiswa pada hari ini mas? Dibanding dengan senior-senior dulu, macam gerakan ’98 atau ’66. Kayaknya mahasiswa hari baru masuk angin mas”.

Sembari nyumet udud, sejenak saya memaksimal kerja neuron-neuron otak saya untuk mengingat, meringkas dan meringkus kalimat sebagai jawaban dari pertanyaan para ‘biji’ itu. Tetiba, mak bedunduk kotak dan hati saya kompak untuk menyebut mahasiswa sebagai agen social of change adalah mitos belaka. Raut para biji terliat ruam dan berkerut dahi, seakan mereka akan memakan saya hidup-hidup. Bagaimana tidak, saya sering kali dianggap provokator dan membidani dalam aksi-aksi mereka, menemai ‘diskusi langitan dengan fasilitas malaikatan’ (diskusi dengan wacana melangit tanpa ada makan dan minum, seperti malaikat yang tidak memiliki nafsu), berbalik 180 derajat dan menabrak idealisme yang mereka yakini.

Ngko sek dab... sabar, jangan keburu memakan saya, saya belum matang dan belum dibumbui merica dan bawang putih.

Saya mencoba balik menanyakan kepada para ‘biji’ tentang komparasi yang dipakai sehingga muncul penyimpulan bahwa gerakan mahasiswa ‘dulu’ lebih masif dibanding hari ini.

“Ya dulu kan mahasiswa terlihat heroik, tahun ‘66 bisa menggulingkan Soekarno, tahun ’98 melengserkan sang otoriter, Soeharto.” Jawab seorang ‘biji’ dengan nada oktav 7.

Sayapun manggut-manggut sambil tetap istiqomah nyedot promild. Romansa heroisme gerakan mahasiswa ‘dulu’ masih melekat betul pada mereka, para ‘biji’. Penggulingan dua rezim tersebut menjadi paramater dan eksistensi gerakan mahasiswa paling kentara.

Oke, sejenak kita pinjam mesin waktu Doraemon untuk menapak sejarah gerakan mahasiswa.

Jauh sebelum gerakan mahasiswa ’66 ataupun ’98, kiprah mahasiswa (pemuda) dalam sejarah kebangsaan memiliki artikulasi tersendiri. Sebut saja gerakan mahasiswa 1908 yang dimotori oleh Boedi Oetomo atau gerakan mahasiswa 1928 yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda. Yang mana dua organisasi ini lahir di masa penjajahan Belanda dan berhasil menumbuhkan nasionalisme anti kolonial.

Kemudian, pasca kemerdekaan – masa Orde Lama -, gerakan mahasiswa paling fenomenal terjadi pada tahun 1966 yang dikenal dengan angkatan 66. Gerakan ini dianggap mampu mengartikulasikan secara tepat kegelisahan dan tuntutan rakyat, dan berhasil menumbangkan kekuasaan Sang Pemimpin Besar Revolusi.

Masuk pada masa Orde Baru nya Mbah Harto. Tahun 1966 -1971 disebut-sebut sebagai masa “bulan madu” dimana banyak tokoh mahasiswa 1966 terlibat di dunia birokrasi dengan menduduki jabatan-jabatan strategis (Nah disini, amatan saya mengenai aksi ’66 merupakan bagian dari gerakan politik mahasiswa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun