Mohon tunggu...
Jamal Arifansyah
Jamal Arifansyah Mohon Tunggu... Guru - Akademisi Magister Ilmu Sosial. Pengajar Sosiologi.

Pemerhati Isu Sosial-Budaya dan Politik-Hukum Indonesia. Senang Membaca berita dan Menulis esai. Penggemar Sepakbola ala Eropa. Pengagum Mahfud MD dan Gus Baha. Pecinta kuliner Indonesia 🇮🇩

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hasil Pilpres 2024, Apa Saja Kejutan Yang Terjadi?

22 Maret 2024   14:01 Diperbarui: 22 Maret 2024   15:21 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah selesai melakukan rekapitulasi suara dari 38 provinsi, Senin (20/3) malam. Berikut ini hasil rekapitulasi Pilpres 2024 berdasarkan perolehan di setiap provinsi :

DKI Jakarta
Anies-Muhaimin: 2.653.762
Prabowo-Gibran: 2.692.011
Ganjar-Mahfud: 1.115.138

Banten
Anies-Muhaimin: 2.451.383
Prabowo-Gibran: 4.035.052
Ganjar-Mahfud: 720.275

Jawa Barat
Anies-Cak Imin: 9.099.674
Prabowo-Gibran:16.805.854
Ganjar-Mahfud: 2.820.995

Jawa Tengah
Anies-Muhaimin: 2.866.373
Prabowo-Gibran: 12.096.454
Ganjar-Mahfud: 7.827.335

Yogyakarta
Anies-Muhaimin: 496.280
Prabowo-Gibran: 1.269.265
Ganjar-Mahfud: 741.220

Jawa Timur
Anies-Muhaimin: 4.492.652
Prabowo-Gibran: 16.716.603
Ganjar-Mahfud: 4.434.805

Aceh
Anies-Muhaimin: 2.369.534
Prabowo-Gibran: 787.024
Ganjar-Mahfud Md: 64.677

Sumatera Utara
Anies-Muhaimin: 2.339.620
Prabowo-Gibran: 4.660.408
Ganjar-Mahfud Md: 999.528

Bengkulu
Anies-Muhaimin: 229.681
Prabowo-Gibran: 893.499
Ganjar-Mahfud Md: 145.570

Sumatera Barat
Anies-Muhaimin: 1.744.042
Prabowo-Gibran: 1.217.314
Ganjar-Mahfud Md: 124.044

Jambi
Anies-Muhaimin: 532.605
Prabowo-Gibran: 1.438.952
Ganjar-Mahfud Md: 234.251

Riau
Anies-Muhaimin: 1.400.093
Prabowo-Gibran: 1.931.113
Ganjar-Mahfud Md: 357.298

Kepulauan Riau
Anies-Muhaimin: 370.671
Prabowo-Gibran: 641.388
Ganjar-Mahfud: 140.733

Bangka Belitung
Anies-Muhaimin: 204.348
Prabowo-Gibran: 529.883
Ganjar-Mahfud: 151.109

Sumatera Selatan
Anies-Muhaimin: 997.299
Prabowo-Gibran: 3.649.651
Ganjar-Mahfud: 606.681

Lampung
Anies-Muhaimin: 791.892
Prabowo-Gibran: 3.554.310
Ganjar-Mahfud: 764.486

Kalimantan Tengah
Anies-Muhaimin: 256.811
Prabowo-Gibran: 1.097.070
Ganjar-Mahfud: 158.788

Kalimantan Barat
Anies-Muhaimin: 718.641
Prabowo-Gibran: 1.964.183
Ganjar-Mahfud: 534.450

Kalimantan Selatan
Anies-Muhaimin: 849.948
Prabowo-Gibran: 1.407.684
Ganjar-Mahfud: 159.950

Kalimantan Timur
Anies-Muhaimin: 448.046
Prabowo-Gibran: 1.542.346
Ganjar-Mahfud: 240.143

Kalimantan Utara
Anies-Muhaimin: 72.065
Prabowo-Gibran: 284.209
Ganjar-Mahfud: 51.451

Sulawesi Barat
Anies-Muhaimin: 223.153
Prabowo-Gibran: 533.757
Ganjar-Mahfud Md: 62.514

Sulawesi Utara
Anies-Muhaimin: 119.103
Prabowo-Gibran: 1.229.069
Ganjar-Mahfud Md: 283.796

Sulawesi Selatan
Anies-Muhaimin: 2.003.081
Prabowo-Gibran: 3.010.726
Ganjar-Mahfud Md: 265.948

Sulawesi Tengah
Anies-Muhaimin: 386.743
Prabowo-Gibran: 1.251.313
Ganjar-Mahfud Md: 160.594

Sulawesi Tenggara
Anies-Muhaimin: 361.585
Prabowo-Gibran: 1.113.344
Ganjar-Mahfud: 90.727

Maluku
Anies-Cak Imin: 228.557
Prabowo-Gibran: 665.371
Ganjar-Mahfud: 186.395

Maluku Utara
Anies-Muhaimin: 200.459
Prabowo-Gibran: 454.943
Ganjar-Mahfud Md: 91.293

Gorontalo
Anies-Muhaimin: 227.354
Prabowo-Gibran: 504.662
Ganjar-Mahfud: 41.508

Bali
Anies-Muhaimin: 99.233
Prabowo-Gibran: 1.454.640
Ganjar-Mahfud: 1.127.134

Nusa Tenggara Barat
Anies-Muhaimin: 850.359
Prabowo-Gibran: 2.154.843
Ganjar-Mahfud Md: 241.106

Nusa Tenggara Timur
Anies-Muhaimin: 153.446
Prabowo-Gibran: 1.798.753
Ganjar-Mahfud: 958.505

Papua
Anies-Cak Imin: 67.592
Prabowo-Gibran: 378.908
Ganjar-Mahfud: 178.534

Papua Selatan
Anies-Muhaimin: 41.906
Prabowo-Gibran: 162.852
Ganjar-Mahfud Md: 110.003

Papua Tengah
Anies-Muhaimin: 128.577
Prabowo-Gibran: 638.616
Ganjar-Mahfud Md: 335.089

Papua Barat
Anies-Muhaimin: 37.459
Prabowo-Gibran: 172.965
Ganjar-Mahfud Md: 120.565

Papua Barat Daya
Anies-Cak Imin: 48.405
Prabowo-Gibran: 209.403
Ganjar-Mahfud: 99.899

Papua Pegunungan
Anies-Cak Imin: 284.184
Prabowo-Gibran: 838.382
Ganjar-Mahfud: 175.956

Hasil Pilpres 2024 tersebut ditetapkan berdasarkan berita acara KPU nomor 218/PL.01.08-BA/05/2024. Hasil Pilpres 2024 diumumkan langsung usai KPU merampungkan rekapitulasi nasional dan rapat pleno pada Rabu (20/3). Pasangan Prabowo-Gibran unggul dengan suara sah sebanyak 96.214.691 dari total suara sah nasional. Sedangkan pasangan Anies-Cak Imin mendapatkan suara sebanyak 40.971.906 dan pasangan Ganjar-Mahfud mendapatkan 27.040.878 suara.

Pasangan nomor urut 2 mendapatkan suara sebesar 58,6 persen dari total suara sah nasional. Raihan tersebut disusul oleh Anies-Muhaimin yang perolehan suaranya mencapai 24.9 persen. Adapun Ganjar-Mahfud mengikuti setelahnya dengan perolehan suara 16,5 persen.

Pasangan Prabowo-Gibran unggul di 36 provinsi. Sedangkan pasangan Anies-Cak Imin unggul di 2 provinsi lainnya. Dengan demikian, KPU menyatakan pasangan calon Prabowo-Gibran memenangkan Pilpres 2024.

Hal ini sesuai dengan syarat Pilpres satu putaran tertuang dalam Pasal 416 Ayat (1) UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu. Syarat menang Pilpres satu putaran adalah ketika ada pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden yang memperoleh suara lebih dari 50 % dari jumlah suara Pemilu dengan minimal 20 % suara di setiap provinsi. yang tersebar di lebih dari 1/2 (setengah) jumlah provinsi di Indonesia. Syarat ini sebenarnya juga diatur dalam Pasal 6A UUD Negara RI Tahun 1945, yakni pasal 6A ayat 3.

PDIP Hattrick Juara, dan Kegagalan PPP 

 KPU juga telah menyelesaikan hasil rekapitulasi untuk pemilihan legislatif. Hasilnya, PDIP berhasil mencatat hattrik sebagai partai politik pemenang pemilu. PDIP menjadi peraih suara terbanyak sejak Pemilu 2014, 2019 dan 2024. Hal ini merupakan sejarah pertama kalinya dalam perpolitikan tanah air.

Berikut total perolehan partai politik di 38 provinsi:

PKB: 16.115.655 suara (10,61%)

Partai Gerindra: 20.071.708 suara (13,22%)

PDIP: 25.387.279 suara (16,72%)

Partai Golkar: 23.208.654 suara (15,28%)

Partai NasDem: 14.660.516 suara (9,65%)

Partai Buruh: 972.910 suara (0,64%)

Partai Gelora: 1.281.991 suara (0,84%)

PKS: 12.781.353 suara (8,42%)

PKN: 326.800 suara (0,21%)

Partai Hanura: 1.094.588 suara (0,72%)

Partai Garuda: 406.883 suara (0,26%)

PAN: 10.984.003 suara (7,23%)

PBB: 484.486 suara (0,31%)

Partai Demokrat: 11.283.160 suara (7,43%)

PSI: 4.260.169 suara (2,80%)

Partai Perindo: 1.955.154 suara (1,28%)

PPP: 5.878.777 suara (3,87%)

Partai Ummat: 642.545 suara (0,42%)

Dari total 18 partai politik, hanya ada 8 partai yang akan mengirimkan perwakilannya di gedung kura-kura, yaitu PDIP, Golkar, Gerindra, PKB, Nasdem, PKS, Demokrat, dan PAN. Ironisnya, PPP sebagai salah satu partai tertua di Indonesia, untuk pertama kalinya gagal melenggang ke parlemen karena belum mampu melampaui ambang batas parlemen atau parliamentary threshold (PT) 4 % pada Pileg DPR RI 2024.

PPP seperti mengalami kesalahan strategi dalam menetapkan target pemilih. PPP terlalu mengandalkan segmen pemilih tua sebagai segmen pemilih yang selama ini menjadi konstituen mereka yaitu masyarakat pedesaan. Sementara, profil demografi pemilih di Indonesia semakin didominasi oleh pemilih muda. PPP gagal dalam menarik hati ceruk pemilih dari generasi millenial dan generasi X.

Selain itu, basis PPP tidak kompak dalam memilih calon presiden (capres). Keputusan pada tingkat elit tidak seirama dengan aspirasi basis tingkat bawah. Pilihan warga PPP basis tingkat bawah terpecah. Sebagai partai berbasis tradisionalis islam, sebagian kadernya ada yang lebih tertarik dan sejak awal mendukung pasangan Anies-Muhaimin, sebagian juga ke Prabowo-Gibran. Bahkan muncul juga dugaan ekspresi kekecewaan dari sebagian kader yang berharap bahwa Sandiaga yang notabene Ketua Bapilu PPP dipilih menjadi Cawapres.

Pemilu Penuh Kejutan

Hajatan politik lima tahunan ini melahirkan beberapa kejutan. Kejutan pertama yaitu anomali dibalik hattrik kemenangan PDIP, serta kegagalan perdana masuk ke parlemen yang dialami salah satu partai politik "veteran" yaitu PPP.

Terkait prestasi bersejarah yang berhasil ditorehkan oleh Partai moncong putih tersebut, sebagian kalangan awal mulanya sudah menyangsikan, mungkinkah PDIP bisa mempertahankan singgasana yang telah diraih dalam 2 kali periode pemilu secara berturut. Apalagi suhu politik di internal PDIP sedang memanas setelah hubungan antara elit partai tersebut dengan Presiden Jokowi memburuk.

Faktanya, sekalipun PDIP secara Nasional masih mampu merajai hasil pemilu legislatif, namun ada kejutan politik yang berhasil menghantam mereka yaitu tergerusnya suara PDIP di basis-basis kandang banteng seperti di wilayah Jawa Tengah, Bali, NTT, dan Papua. Ini pertama kalinya Partai berlambang banteng bertekuk lutut di "kandangnya" sendiri.  

Anomali suara PDIP juga terjadi bila membandingkan antara hasil pileg dengan pilpres. Suara PDIP yang masih merata di level Nasional dengan 16,7 % suara ternyata sangat kontras dengan hasil yang diraih oleh Ganjar-Mahfud sebagai pasangan yang diusung oleh PDIP dan koalisinya. Ganjar-Mahfud hanya memperoleh 16,5 % dan gagal memenangkan satupun provinsi. Padahal gabungan PDIP, PPP, Perindo, dan Hanura memperoleh 22,59 % sehingga terjadi selisih sekitar 6 %.

Salah satu contoh anomali suara PDIP terjadi pada Said Abdullah, calon legislatif DPR RI dari daerah pemilihan (dapil) Jawa Timur XI meliputi wilayah Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep, berhasil meraup suara terbanyak se-Indonesia yaitu sebesar 528.815 sekaligus menjadikan Madura merupakan salah satu wilayah yang dimenangkan PDIP untuk pemilu legislatif. Namun ironisnya, justru suara yang diraih oleh pasangan Ganjar-Mahfud sangat minim.  Ini menandakan terjadinya perpecahan suara di tubuh koalisi, dan kesenjangan politik antara keputusan elit dengan pilihan grass root.

Kejutan kedua, yaitu terjadi pada kubu koalisi perubahan yang mengusung pasangan AMIN. Pada awalnya, banyak kalangan yang meyakini bahwa pasangan ini akan memberikan perlawanan politik dalam kontestasi pemilu, apalagi tagline perubahan lumayan menggema di seantero negeri. Namun faktanya tidak kalah mengejutkan, pasangan ini hanya bisa menang di daerah yang sangat kental dengan warna "islamisme"nya, yaitu daerah Aceh dan Sumatera Barat.

Anies yang merupakan mantan Gubernur DKI Jakarta, dengan tingkat popularitas tinggi dan jumlah pengikut yang sangat banyak di wilayah tersebut, bahkan tidak mampu memenangkan pertarungan di ibu kota, suaranya kalah sangat tipis dengan pasangan 02. 

Wilayah  BODETABEK sebagai daerah penyangga Ibu Kota, serta Jawa Barat dan Banten sebagai Provinsi terdekat pun, tidak mampu dimenangkan. Padahal daerah tersebut merupakan basis PKS yang merupakan salah satu partai pengusung pasangan AMIN.

Kejutan juga terjadi di daerah Sulawesi Selatan, daerah asal Jusuf Kalla, king maker sekaligus mentor politik Anies. Suara pasangan 01 kalah sekitar satu juta suara dibandingkan dengan pasangan 02. Demikian juga di Jawa Timur, yang merupakan basis massa PKB. Daerah kekuasaan Cak Imin yang memiliki trah nahdliyyin bahkan kalah sangat telak.

Kejutan pertama dan kedua sebagaimana yang penulis paparkan di atas, boleh jadi dentumannya tidak sekeras efek kejut yang terjadi pada kejutan ketiga, yaitu kemenangan pasangan Prabowo-Gibran secara meyakinkan. 

Pasangan yang di masa lalu oleh kalangan terpelajar dan cendekiawan kampus dianggap lebih banyak mengedepankan gimmik-gimmik politik dan jargon populisme dalam kampanyenya. Pasangan yang disokong penuh oleh cawe-cawe penguasa istana melalui isu nepotisme-politik dinasti, politisasi bantuan sosial dan pengerahan aparat maupun pejabat daerah. Berhasil menorehkan kemenangan tak terduga melalui satu putaran pemilu dengan angka cukup fantastis yaitu 58,6 persen sejumlah 96.214.691 dari total suara sah nasional.

Mungkin rakyat Indonesia tidak perlu berlama-lama kaget, karena toh para pimpinan dari negara-negara sahabat, pimpinan partai politik yang menjadi rival pasangan 02, pimpinan-pimpinan ormas, bahkan Presiden Jokowi sudah mengucapkan selamat kepada Prabowo sebagai Presiden terpilih. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun