Mohon tunggu...
jakaleksana
jakaleksana Mohon Tunggu... Penulis - T.U. Bagian Bengkel Listrik SMK Yudya Karya, Tukang Servis Perbaikan Peralatan Listrik Rumah Tangga, Penulis Novel Fizzo, Penulis Lirik Lagu.

Hobi saya berkutat di dunia kreativitas, khususnya dalam menulis dan menciptakan karya seni. Saya aktif menulis novel di platform Fizzo dengan nama pena Cinta di Antara Benua, tempat saya menuangkan imajinasi dan menghadirkan cerita-cerita yang menginspirasi para pembaca. Bagi saya, menulis adalah cara untuk menjelajahi berbagai dimensi kehidupan, karakter, dan emosi. Selain itu, saya juga memiliki minat mendalam dalam dunia musik. Saya suka menciptakan lirik lagu yang bermakna serta mengolah melodi menggunakan Suno AI. Proses ini tidak hanya menantang, tetapi juga memberikan kepuasan tersendiri ketika sebuah lagu berkembang dari ide sederhana menjadi karya yang utuh. Melalui kombinasi menulis novel dan menciptakan musik, saya merasa dapat mengekspresikan diri serta berbagi cerita dengan cara yang unik dan mendalam. Bagi saya, kreativitas adalah jembatan untuk menyentuh hati banyak orang. Selain sebagai penulis, saya juga bekerja di Tata Usaha Bagian Bengkel Listrik SMK Yudya Karya. Di samping itu, saya memiliki pekerjaan sampingan sebagai teknisi perbaikan peralatan listrik rumah tangga, termasuk AC rumahan, kulkas, serta berbagai alat elektronik lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jejak Naga Purnama Bab 4: Serangan di Lembah Nirwana

3 Februari 2025   23:57 Diperbarui: 4 Februari 2025   01:06 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi: Bab 4: Serangan di Lembah Nirwana (Sumber: https://sl.bing.net/eMwuLLZpCUu)

Mereka berjalan menuju gerbang utama. Setiap langkah terasa berat, seolah bumi pun mengerti bahwa pertempuran yang akan datang bukanlah pertempuran biasa. Para penjaga Lembah Nirwana telah bersiap dengan tombak, panah, dan pedang yang berkilat di bawah cahaya samar pagi. Napas mereka terdengar teratur, tetapi ketegangan tergambar jelas di wajah mereka.

Dari balik pepohonan yang tertutup kabut, bayangan-bayangan gelap mulai bermunculan. Mereka bergerak dengan disiplin, barisan mereka tersusun rapi, tak seperti segerombolan perampok yang bergerak tanpa arah. Setiap langkah mereka mengguncang tanah, membuat jantung siapa pun yang melihatnya berdegup lebih kencang.

Dan di depan pasukan itu, berdiri seorang pria bertubuh tinggi, mengenakan jubah hitam yang berkibar diterpa angin. Wajahnya keras, dipenuhi bekas luka yang seolah menceritakan sejarah kelam yang telah ia lalui. Sorot matanya tajam, seperti mata elang yang mengawasi mangsanya sebelum menerkam. Senyum tipis menghiasi bibirnya—bukan senyum kebahagiaan, melainkan senyum seorang pemburu yang baru saja menemukan buruannya.

Raksa menelan ludah. Tangannya semakin erat menggenggam senjatanya. Ia tahu, pertempuran ini bukan sekadar pertarungan hidup dan mati.

Ini adalah takdir yang harus ia hadapi.

Gambar Ilustrasi: Pria bertubuh tinggi, mengenakan jubah hitam. (Sumber: https://sl.bing.net/jTCe0Rvjbwa)
Gambar Ilustrasi: Pria bertubuh tinggi, mengenakan jubah hitam. (Sumber: https://sl.bing.net/jTCe0Rvjbwa)

"Serahkan bocah itu!"

Suara pria itu meledak di udara, menggema di antara pepohonan dan membuat burung-burung beterbangan ketakutan. Udara mendadak terasa berat, seolah dipenuhi oleh tekanan tak kasatmata yang mencekik.

Raksa melangkah maju, rahangnya mengeras. Cahaya bulan memantulkan kilatan tajam di matanya. "Siapa kau?" suaranya tegas, namun dalam hatinya, ia bisa merasakan desir kegelisahan yang berusaha ditekan.

Pria di hadapannya menyeringai, sepasang mata tajamnya menatap Raksa seperti seorang pemangsa yang sudah pasti menangkap buruannya. "Namaku Sura Langit," katanya dengan nada penuh percaya diri, seperti menyebut nama yang seharusnya membuat musuhnya bergetar ketakutan. "Aku datang untuk mengambil sesuatu yang bukan hakmu—Kitab Naga Purnama."

Jantung Raksa berdegup kencang. Ia mengepalkan tangannya. "Kitab ini bukan untuk orang sepertimu!" suaranya bergemuruh, menggema dengan keberanian yang tidak dibuat-buat.

Sura Langit tertawa rendah, suara yang dingin dan penuh ejekan. "Kau pikir bisa melindunginya? Seorang bocah ingusan sepertimu?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun