Mohon tunggu...
jakaleksana
jakaleksana Mohon Tunggu... Penulis - T.U. Bagian Bengkel Listrik SMK Yudya Karya, Tukang Servis Perbaikan Peralatan Listrik Rumah Tangga, Penulis Novel Fizzo, Penulis Lirik Lagu.

Hobi saya berkutat di dunia kreativitas, khususnya dalam menulis dan menciptakan karya seni. Saya aktif menulis novel di platform Fizzo dengan nama pena Cinta di Antara Benua, tempat saya menuangkan imajinasi dan menghadirkan cerita-cerita yang menginspirasi para pembaca. Bagi saya, menulis adalah cara untuk menjelajahi berbagai dimensi kehidupan, karakter, dan emosi. Selain itu, saya juga memiliki minat mendalam dalam dunia musik. Saya suka menciptakan lirik lagu yang bermakna serta mengolah melodi menggunakan Suno AI. Proses ini tidak hanya menantang, tetapi juga memberikan kepuasan tersendiri ketika sebuah lagu berkembang dari ide sederhana menjadi karya yang utuh. Melalui kombinasi menulis novel dan menciptakan musik, saya merasa dapat mengekspresikan diri serta berbagi cerita dengan cara yang unik dan mendalam. Bagi saya, kreativitas adalah jembatan untuk menyentuh hati banyak orang. Selain sebagai penulis, saya juga bekerja di Tata Usaha Bagian Bengkel Listrik SMK Yudya Karya. Di samping itu, saya memiliki pekerjaan sampingan sebagai teknisi perbaikan peralatan listrik rumah tangga, termasuk AC rumahan, kulkas, serta berbagai alat elektronik lainnya.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Jejak Naga Purnama Bab 4: Serangan di Lembah Nirwana

3 Februari 2025   23:57 Diperbarui: 4 Februari 2025   01:06 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar Ilustrasi: Bab 4: Serangan di Lembah Nirwana (Sumber: https://sl.bing.net/eMwuLLZpCUu)

Bab 4: Serangan di Lembah Nirwana 

Langit di atas Lembah Nirwana mulai diselimuti kabut tipis, bagaikan tirai halus yang menyembunyikan ancaman di baliknya. Pagi yang seharusnya membawa ketenangan kini terasa dingin dan menekan. Embusan angin berdesir pelan, membawa bisikan samar yang seakan menjadi pertanda akan datangnya malapetaka.

Raksa berdiri tegak di depan aula utama, kedua tangannya mengepal begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih. Nafasnya berat, dadanya naik turun seiring dengan denyut jantung yang berdegup liar di dalam rongga dadanya. Ia mencoba menenangkan dirinya, tetapi instingnya berkata bahwa badai sudah di ambang pintu.

Di sisi lain, Ki Sancaka tetap tenang, matanya yang tajam menatap ke luar aula, menembus kabut yang kian pekat. Ekspresinya sukar ditebak, namun ada ketenangan yang luar biasa dalam dirinya—sebuah keteguhan yang berasal dari pengalaman panjang menghadapi bahaya. Ia tahu, perang bukan hanya soal senjata, tetapi juga soal pikiran yang jernih.

Tiba-tiba, langkah kaki yang terburu-buru menggema di dalam aula. Seorang penjaga berlari ke arah mereka, napasnya tersengal-sengal, wajahnya basah oleh keringat dan ketakutan yang nyata.

"Ki Sancaka!" suaranya serak, hampir bergetar. "Lebih dari selusin orang bersenjata mendekat! Mereka bergerak dalam formasi, dan pemimpinnya… tampak berbahaya."

Sejenak, keheningan menyelimuti mereka. Ki Sancaka menghela napas panjang, sorot matanya mengeras. Seolah ia sudah memperkirakan hal ini akan terjadi. Udara di sekeliling mereka terasa semakin berat.

"Kumpulkan para penjaga," perintahnya dengan suara rendah namun tegas. "Pastikan penduduk aman. Jangan biarkan mereka menjadi korban pertempuran ini."

Raksa menggenggam tongkat kayunya lebih erat, matanya menyala dengan api tekad yang baru saja berkobar. Ketakutan bukan lagi pilihan. Ia menatap Ki Sancaka dengan penuh keyakinan.

"Aku harus menghadapi mereka, Ki," ucapnya dengan suara mantap. "Aku tidak bisa terus melarikan diri."
Ki Sancaka menatapnya dalam-dalam, seolah mencari sesuatu di balik mata pemuda itu. Keheningan kembali turun di antara mereka, hanya terdengar desir angin yang semakin menusuk. Setelah beberapa saat yang terasa seperti seumur hidup, Ki Sancaka akhirnya mengangguk pelan.

"Jika itu keputusanmu, maka bersiaplah," katanya. "Ingat, kemenangan bukan hanya soal pertarungan, tetapi juga strategi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun