Tujuannya; agar tahu kalau para peserta wisuda pernah kuliah di kampus yang dipimpinnya.
Konyol. Ya seperti kau yang konyol. Ah, bukan hanya kau yang kurindukan. Aku pun merindukan diriku sendiri untuk dapat pulang sore ini.
Dua gelas Cappucino telah melompong dari tadi. Sementara hujan telah berhenti, tapi lapar. Tunggu dulu. Angin bertambah kencang. Gerimis lagi. Aih. sepertinya aku ditakdirkan untuk makan dulu, menunggu hujan reda baru pulang.
Seperti air bah dari langit yang datang dan pergi begitu saja. Melepuhkan harapanku untuk bisa pulang.
Ia menderas, melebat, terus, lebih lebat dan angin membantunya membasahi komputer lipatku. Hujan, ya ini namanya hujan. Berisik. Butiran air bah menjadi besar dan seperti tembakan beruntun dari langit. Jikalau aku sedang dijalan mungkin wajahku sakit-sakit, seperti dlempari kerikil. Dan atap tempatku duduk sekarang hujan menetes-netes memercik di layar komputer lipatku. Sebaiknya aku menyingkir.
Demi kebaikan komputer lipat. Yang menyimpan rindu dalam bentuk gambar dan kata-kata.
Yogyakarta, 4 Desember 2012
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H