Tak piawai dalam menata hati
Kadang sembarang menyimpan perasaan
Juga amarah yang terbalut senyuman
Ataukah juga tawa yang terbalut tangis
Kala itu memang asaku terengkuh
Oleh sayup wajahmu yang menipu
Seperti dingin yang menyeruak
Membuatku menggigil di tengah hari
Keraguanku kau sulap menjadi keteguhan
Dengan jentikan jarimu yang penuh ilusi
Tak ada tanya sedikitpun dalam tekad ini
Seperti keyakinanku akan terbitnya fajar esok
Terbinalah gelora-gelora kayangan
Menyekapku dalam suasana surgaloka
Elok, indah, permai, entah apalah itu
Air mata, ku anggap mustahil saat itu
Nadiku mulai mengalirkan ketulusan
Jantung ini memompa-mompa darah pengorbanan
Hati ini mentahbiskan sebuah jalinan
Lisan ini menyemogakan tali keabadian
Segala kekuranganmu itu ku anggap debu
Yang telah hilang terkibas angin jalanan
Ku kenakan kau gaun ketulusan
Ku hiasi gerai rambutmu dengan mahkota kemuliaan
Hingga sampailah ku siuman
Kau bangunkan aku dengan sayatan yang begitu dalam
Air mata yang ku anggap mustahil
Ternyata mampu kau linangkan
Mahar ketulusanku kau dustakan
Demi emas yang kau anggap kemapanan
Penerimaan yang telah ku persembahkan
Menjadi bumerang yang menghardikku sendiri
Tahukah kau,
Jika ku gunakan logika sejak dahulu
Ku tinggalkan kau seperti sandal sebelah
Dan ku kenakan alas kaki yang genap
Tetapi kau berujar seperti pengabul saja
Dan kau anggap aku seperti pengibul saja
Tahukah kau,
Saat ini bukan lagi cinta tersisa
Melainkan dendam yang ku tahan-tahan
Tetapi akal sehat menolak kebencian
Karena ku tak ingin menyamaimu
Biarlah takdir yang memutuskan
Apa yang terjadi di masa depan
Tak lepas dari do'a suka-cita
Menyertai langkah-langkah penuh bahagia
Ku tak sabar sampai di satu saat nanti
Saat ku bisa menertawakan kesedihanku sendiri
Kemudian ku bertanya-tanya,
"Kok bisa aku sesedih ini?"
Juga indra-indraku mempertanyakan,
"Mengapa kau bersedih ditinggalkan orang yang samasekali tak memperdulikanmu?"
"Bukankah itu sebuah keuntungan?"
Kemudian hati kecilku menjawab,
"Betul juga ya."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H