Mohon tunggu...
Jaid Brennan
Jaid Brennan Mohon Tunggu... Penulis Freelance -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Halusinasi - Pelangi Pucat Pasi bagian 15

25 Januari 2017   08:02 Diperbarui: 25 Januari 2017   08:30 503
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Syan sadar!….Syan…” kata mereka.

“Ambilkan minyak kayu putih.” Teriak Abel  teman sebelah mejaku sambil menggoyang-goyangkan tubuhku. Sementara yang lain panik lari kesana-kemari.

“Kita bawa saja ke rumah sakit.” Kata redakturku. Sementara diriku yang lain semakin ringan melayang membumbung, menembus langit-langit kantor terus naik melayang tinggi… dan tinggi. Tak ada matahari tak ada awan, tak ada apapun. Aku seperti berada di tempat yang luas tak berbatas. Sebelum aku sempat menyadari apa yang terjadi, seseorang telah berada di depanku. Mengambang tak berpijak. Sorot matanya tajam dan mampu menembus bagian dalam dari diriku. Bahkan ia seperti masuk ke dalam pikiranku dan kami berkomunikasi dengan cara yang aneh. Mulutnya tidak berucap tapi aku mampu merasakan apa yang dikatakannya.

“ Aku mengundangmu ke sini karena hanya kau yang pantas kuundang….”

“Aku?”

“Ya, kau ingat anak kecil yang kau tolong saat hujan lebat? Itu adalah aku…” kutatap makhluk di depanku itu. Wujudnya aneh, setengah dari wujudnya adalah cahaya. Terlihat samar dan ada sesuatu menyembul di punggungnya seperti sayap.

“Kau orang yang ikhlas,” terusnya.

“Tidak… aku tidak seperti itu. Hidupku penuh dosa dan kebohongan. Aku bekerja di media yang seharusnya menyuarakan kebenaran. Tapi, aku seperti diajarkan untuk mengingkari kebenaran itu sendiri. Banyak narasumber yang merasa terfitnah, tertekan dan merasa dirugikan atas tulisan kami di Koran. Meskipun aku tidak ikut berperan tapi aku sudah menjadi bagian dari mereka, aku berdosa, aku sudah menggambar ilustrasi atas kebohongan mereka….”

“ Itulah.. kau mampu menyadarinya. Rasa bersalahmu adalah jiwa sucimu.”

“ Lalu untuk apa aku berada di sini?”

“ Kau kupilih untuk membantuku.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun