Mohon tunggu...
Jahar Haiba ID
Jahar Haiba ID Mohon Tunggu... -

saya bercita-cita ingin jadi novelis dan penulis skenario film

Selanjutnya

Tutup

Puisi

New York's Dreams

14 Agustus 2010   08:24 Diperbarui: 26 Juni 2015   14:02 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

”Lihat, Dad. Sunset! Sangat indah, ya ... ”

Mereka berdua menyaksikan matahari yang tenggelam. Cuaca yang cerah makin memperjelas keindahan benda yang menjadi pusat tata surya itu. Tidak ada awan yang menghalangi. Senja itu, ufuk barat diterangi dengan warna kemilau keemasan. Matahari yang merah menyala tinggal seperempat lagi. Dan perlahan-lahan matahari itu menghilang bersama hilangnya kemilau keemasan pertanda malam telah datang.

”Ayo, sayang kita pulang. Sebentar lagi adzan maghrib. Kita shalat berjamaah di masjid ya,” ungkap Iqbal kepada anaknya sambil menuntunnya.

(PETIKAN ROMAN NEW YORK'S DREAMS)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun