Datuk Iblis Mata Satu tertawa besar kegirangan. Karena semua rencananya berjalan lancar.
Negeri Benua Lokananta menjadi geger dan penuh teror. Semua itu karena sepak terjangnya.
"Bagus hasil kerjamu, Bleduk Maut," suara Datuk Iblis Mata Satu terdengar puas sambil mengarahkan sebelah pandangannya ke arah kanan di mana, sosok gumpalan asap berwarna hitam pekat dengan wujud berubah-ubah, mengambang besar di sana.
Kemudian, Datuk Iblis Mata Satu berpaling ke arah kiri. Ada sosok pemuda tampan tinggi besar dengan sorot mata tajam kejam dan juga genit sedang tersenyum sinis ke arahnya.
"Kamu juga, hebat Kaloka," suaranya terdengar senang dan memuji. Pemuda tinggi besar yang telah membunuh Wijaya dengan kejam.
"Kalian memang bisa diandalkan. Anak-anakku yang membanggakan. Ha... Ha... Ha... Ha!"
Bleduk Maut dan Kaloka ternyata anaknya Datuk Iblis Mata Satu.
Bagaimana bisa?
Anaknya satu berwujud asap atau sebangsa siluman dan satunya berujud manusia biasa?
Begitu dendamnya Datuk Iblis Mata Satu dengan Baginda Raja Benua Kerta dan Ki Mahendra, sehingga dendam kesumatnya dibawa sampai ke anak turunannya.
Dia tidak bisa membalas karena lumpuh dan kehilangan kesaktiannya tapi anak-anaknya menjadi kaki tangannya melakukan balas dendam.
Siapakah sesungguhnya Bleduk Maut, Datuk Iblis Mata Satu dan Kaloka itu?