*
Kini Galih Sukma tinggal berhadapan dengan Ki Jabrik. Melihat pasukan ularnya sudah kabur cerai berai, tapi dia tidak menyerah juga. Karena merasa masih punya andalan yaitu sesembahannya selama ini, Siluman Ular.
Ki Jabrik segera duduk bersila dan merapal mantra. Memanggil Siluman Ular.
"Datanglah... Datanglah... Bangsamu hancur di tangan pemuda BEDEBAH itu!" teriaknya membaca mantra dan memaki Galih Sukma.
Ki Lurah Manggolo Krasak yang paham akan situasi genting segera meminta warganya untuk membantu perjuangan Galih Sukma dengan cara berdoa.
"Tuhan, beri kekuatan kepada Galih Sukma!" doanya lantang yang langsung diikuti oleh semua yang hadir.
Langit yang mulanya biru bersih berubah tiba-tiba menjadi hitam gelap dan muncul pula lecutan petir menyambar ke bumi.
"Duaaar... Duaaar... Duaaar."
"Ssssssssssssssssss!"
Tepat pada sambaran ketiga muncul di depan Galih Sukma seekor ular raksasa yang bermata merah darah, mulutnya terbuka lebar, menampakan gigi taringnya yang mengerikan, belum lagi lidah bercabangnya yang terjulur membawa suara desis. Tubuhnya sebesar pohon Kelapa, panjangnya sepuluh tombak lebih.
Kali, ini Nyi Lurah Manggolo pingsan juga. Untung saja Ki Lurah Manggolo Krasak segera lari dan menyambar tubuh istrinya. Dibantu para wanita dan lelaki yang lain, membawanya ke tempat aman dan dibantu untuk disadarkan.