*
Galih Sukma dengan ilmu peringan tubuhnya yang mumpuni, menggunakan dua potong papan kayu sebagai alas untuk menuju Lautan Pusaran Badai. Tubuhnya dengan ringan dan nyaman, meluncur di atas ombak lautan yang terus bergulung datang dan pergi.
Masih terngiang pesan gurunya.
"Kamu harus hati-hati, Galih Sukma. Tanda tempat misterius itu, lautannya tenang tidak berombak, udara pun seakan mati, karena angin tidak bertiup. Waspadalah, di balik tenangnya permukaan laut, ada pusaran air yang dahsyat." tutur Ki Mahendra.
"Kamu bisa lihat nanti, beburungan yang mendekati tempat itu, pasti akan urung dan memilih berbelok dan kemudian terbang menjauhi tempat itu." lanjut Ki Mahendra memberi pesan kepada murid kesayangannya.
Nah, sekarang, Galih Sukma berada persis di tempat yang digambarkan oleh gurunya.
Beberapa kali dia melihat sekumpulan burung yang bermigrasi, terbang berbelok dan memilih jalan lain.
Yang terakhir untuk menambah keyakinannya, dia melihat sepasang burung Camar melakukan hal yang sama. Padahal semula sepasang Camar itu asyik terbang dari arah Barat, pas di tempat yang sama, sepasang Camar itu, tiba-tiba berhenti terbang dan berbalik arah kemudian berbelok terbang dengan jeritannya yang khas.
Matahari masih di sebelah Timur, udara yang seperti mati, memberikan keyakinan bagi Galih Sukma untuk segera bertindak.
"Tuhan, mohon petunjuk dan kemudahan," batinnya berdoa.
Setelah mengambil nafas dalam, meloncatlah Galih Sukma ke dalam laut dengan percaya diri.