"Baik, Guru. Semua nasehat, Guru, Galih Sukma jadikan azimat dan pegangan hidup.
Angin laut yang khas memasuki gua mengisi keheningan di antara mereka berdua.
Setelah menarik nafas dalam, Ki Mahendra menyambung ucapannya.
"Ada pertemuan, ada juga perpisahan," lanjut Ki Mahendra yang membuat Galih Sukma terpaksa mengangkat wajahnya. Ada perasaan tidak enak merayapi hatinya.Â
"Apakah sekarangnya saatnya perpisahan, padahal dia belum berbakti untuk membalas semua kebaikan gurunya?" batin Galih Sukma resah.
"Tidak perlu resah, Galih Sukma. Aku dulu tinggal sendiri, hanya ditemani Si Putih Rajawali. Tidak ada balas Budi dan balas jasa. Semua ini adalah ikatan takdir Tuhan, bagiku dan bagimu," lanjut Ki Mahendra yang dengan kewaskitaan berhasil menangkap keresahan batin Galih Sukma.
Mendengar semua itu, Galih Sukma semakin tunduk dan hormat kepada gurunya.
"Kamu hari ini turun gunung, karena ada tugas berat yang harus kamu tunaikan," lanjut Ki Mahendra.
"Negeri Benua Lokananta yang dipimpin Raja Benua Kerta sahabatku, tertimpa masalah besar. Bantulah sekuatmu." perintah Ki Mahendra.
Apakah yang terjadi dengan Negeri Benua Lokananta?