Bidikan yang luar biasa, pengejar terdepan, di samping pintu kemudi, melintir kebelakang, karena leher ditembusi peluru. Senapan yang dibahunya melontarkan peluru ke udara, membuat terkejut serombongan burung bangau yang berangkat berburu.
Empat mobil yang saling berkejaran melesat cepat 5 meteran dari tempat berdirinya Lurie. Adernalinnya tersengat, tanpa ia sadari secara reflek ia berlari ke arah Ducati Panigale warna merah menyalanya, dengan mesin 955 cc. Kecepatan 258,8 km per jam. Akselerasinya untuk 0-100 km/jam dapat di capai hanya dalam waktu 3,8 detik. Melesat mengejar Range Rover Velar yang melaju menghindar dari kejaran 3 MPV Volvo CX5.
Ducatinya melesat membawa dirinya mengejar, sambil dilolosnya senjata gengam semi otomatisnya dari balik jaket kulitnya. Mark 23, kesayangan yang tidak pernah lepas dari dirinya.
Dengan cepat Lurie mengejar ke depan, bersamaan dengan terpentalnya satu tubuh lagi dengan lubang peluru dari dahinya. Di Volvo kedua, penembak dari kanan, terpelanting di jalan aspal. Menerjang ke arah Ducatti yang menyusul dibelakang. Untuk saja Lurie sigap, membanting stir motor dan terus melaju mengejar.
Pagi yang menghangat, telah bau anyir darah.
TERJERAT SUDAH
Kejar-kejaran bertambah satu lagi peserta.
Buruan, diburu, yang memburu, diburu juga.
Peluru meledak dan berdesing, menghantam body mobil, menghantam aspal jalan menerbitkan percikan api.
Jalan yang meliuk-liuk. Dengan tikungan yang berbahaya, mulai menanjak di sisi terjauh tebing yang menjadi awal pegunungan Candala Rupa. 20 kilometer jaraknya, namun di pagi yang penuh peluru, terasa begitu lama.
Lurie, memacu Ducattinya dengan cepat melepas, ditariknya gas dalam-dalam, motor meraung meloncat, membelah asap knalpot dan decitan roda yang menggesek jalanan beraspal.