PAGI YANG BERASAP
Matahari masih bersembunyi di gugusan awan yang sangat rendah di pagi yang semerbak. Kelepak beburungan terbang mewarnai langit yang bersih membiru. Angin manis berkesiur menerbangkan dedaunan pepohonan yang melambai-lambai.
Di langit biru cerah, muncul setitik obyek berwarna gelap turun menuju bandara kecil milik pribadi yang letaknya di pinggir pantai Mandalika.
Sebuah jet pribadi rupanya, Dassault Falcon 900 warna biru metalic  yang mampu mengangkut penumpang 7 orang turun dan kemudian mendarat mulus di landasan pacu. Bandara pribadi milik Rienald Malik.
Suara derum mesin pesawat jet itu mengejutkan satwa liar yang asyik mencari makan di pagi yang penuh sinar matahari. Terkejut, terbang berserabutan di udara. Ada yang berlari menjauh dan bersembunyi di semak-semak yang tumbuh liar di sekitar bandara.
Setelah suara mesin sirap, pintu jet terbuka, tepat sinar matahari menyorot, sepasang kaki yang putih indah dengan high heel warna merah sangat kontras dengan gaun putih seputih kapas, yang melambai ditemperasan angin nakal. Ujung gaun tersibak, namun dengan tangkas sepasang tangan cantik nan mulus dengan arloji warna merah melingkar, dan gelang emas putih yang elegan, sigap mencegah gaun indah itu terbang ke atas.
Seraut wajah nan cantik rupawan dengan senyum yang mengarisi bibirnya yang merah senada dengan tas tangan dan warna sepatunya. Hidungnya mancung namun mungil, pipinya tinggi dan sepasang matanya cemerlang mengalahkan sinar mentari yang menyambutnya. Lagi-lagi topi berenda warna merah menutupi rambutnya yang hitam panjang sebahu diusik angin pagi.
Reina Malik, cantik rupawan, puteri Rienald Malik pemilik perusahaan tambang batubara dan beberapa perusahaan eksport-import. Yang mengukuhkannya sebagai konglomerat.
Sepagi ini, jet pribadi ini, telah membawa pulang puteri kesayangan setelah beberapa tahun berselang menimba ilmu bisnisnya di East Far Away. Negeri yang mempunyai dua musim saja.
Dihirupnya udara pagi di tanah kelahirannya sepuas-puasnya memenuhi rongga dada, dan menyesap sinar mentari pagi, yang membuat kulitnya semakin cemerlang. Di luar negeri sana, sinar matahari adalah sesuatu yang langka. Karena hampir sepanjang tahun, matahari hanya 2 bulan saja beredar, selanjutnya, hari-hari penuh salju.
Dengan langkah-langkah satu-satu dituruninya tangga pesawat, begitu mempesona, begitu indah.
Satu orang pengawal berbadan tegap, dengan rambut dipotong pendek, berpakaian hitam-hitam, menyambut dan mengiringinya memasuki Range Rover Velar 2000 cc, warna hitam yang telah menunggu.
Range Rover itu, berisi tiga penumpang, satu supir dan dua pengawal yang menjaga keamanan Reina Malik.
Range Rover hitam itu membawa Reina Malik menjauh bandara kecil melintasi sepanjang jalan berpemandangan indah pantai dan laut Mandalika yang dengan cepat bayangannya semakin menjauh.
***
Setelah mencapai ujung jalan bebas hambatan, Â Range Rover melaju ke arah Selatan, tempat mansion keluarga Malik yang berada tepat di kaki pegunungan Candala Rupa.
Perjalanan baru ditempuh dua kilometer, saat sampai di jalan yang bercabang, tiba-tiba melesat tiga mobil Volvo MPV CX5, langsung mengurung Range Rover itu.
Melihat gelagat tidak baik, supir menekan pedal gas dalam-dalam, roda mobil mendecit dan melejit cepat kedepan meninggalkan pengurungnya.
Range Rover meliuk cepat, bermanuver kekiri dan kekanan, menghindari rentetan tembakan yang dilepas oleh penumpang Volvo yang berada paling depan.
Peluru memantul di body mobil yang anti peluru, suaranya berdentang dan meninggalkan bayangan asap mesiu.
Pengawal Reina, yang satu segera memgeluarkan badan dari sisi jendela kanan memberikan tembakan balasan, sebuah senapan laras panjang teracung ke belakang memuntahkan dua tiga peluru yang mendesing cepat ke arah Volvo hitam yang mengejarnya.
Arah tembakan terbaca, dengan mudah para pengejarnya menghindari rentetan tembakan itu.
Satu, dua tembakan menyalak membalas Ranger yang terus melaju pesat meninggalkan para pengejarnya
Pagi yang masih basah oleh titik embun menjadi kering dan berasap.
***
PENYELAMATAN BERDARAH
DSLR yang berada di tangan Lurie Sasongko, mengambil gambar yang dramatis. Kamera digital yang bisa diatur untuk pengambilan objek jarak jauh dan dengan piranti zoom-nya Lurie berhasil menangkap seraut wajah cantik ketakutan yang menunduk di Land Rover Veral hitam itu.Â
Supir Rover dengan lincah, melakukan manuver, dengan gesit untuk menghindari kejaran dari ketiga Volvo CX 5 yang menempal ketat, penumpangnya memuntahkan peluru yang berdesing merobek udara pagi yang masih bertabur aroma rerumputan basah.
Peluru dari senjata gengam dan laras panjang, memandikan Rover dengan peluru, yang terus meliuk-liuk melepaskan diri dari kejaran hingga melewati pintu tol dan meluncur cepat.
Peluru yang dilepas menyasar kaca gerbang tol, yang langsung pecah berderai-derai.Â
Untung saja wanita penjaganya, sempat reflek menyelamatkan diri, dengan tiarap di bawah meja. Terdengar suara jeritannya penuh ketakutan.
Lurie terus mengikuti aksi kejar-kejaran itu dengan kameranya. Beberapa kali sinar blitz berpendar menangkap momen-momen menegangkan.
Ada yang tidak beres, batinnya cepat. Melihat dua pria berbadan kekar keluar dari sisi jendela kiri dan kanan Rover Veral itu, dengan tangkas membalas serangan tembakan dari para pengejarnya.
Bidikan yang luar biasa, pengejar terdepan, di samping pintu kemudi, melintir kebelakang, karena leher ditembusi peluru. Senapan yang dibahunya melontarkan peluru ke udara, membuat terkejut serombongan burung bangau yang berangkat berburu.
Empat mobil yang saling berkejaran melesat cepat 5 meteran dari tempat berdirinya Lurie. Adernalinnya tersengat, tanpa ia sadari secara reflek ia berlari ke arah Ducati Panigale warna merah menyalanya, dengan mesin 955 cc. Kecepatan 258,8 km per jam. Akselerasinya untuk 0-100 km/jam dapat di capai hanya dalam waktu 3,8 detik. Melesat mengejar Range Rover Velar yang melaju menghindar dari kejaran 3 MPV Volvo CX5.
Ducatinya melesat membawa dirinya mengejar, sambil dilolosnya senjata gengam semi otomatisnya dari balik jaket kulitnya. Mark 23, kesayangan yang tidak pernah lepas dari dirinya.
Dengan cepat Lurie mengejar ke depan, bersamaan dengan terpentalnya satu tubuh lagi dengan lubang peluru dari dahinya. Di Volvo kedua, penembak dari kanan, terpelanting di jalan aspal. Menerjang ke arah Ducatti yang menyusul dibelakang. Untuk saja Lurie sigap, membanting stir motor dan terus melaju mengejar.
Pagi yang menghangat, telah bau anyir darah.
TERJERAT SUDAH
Kejar-kejaran bertambah satu lagi peserta.
Buruan, diburu, yang memburu, diburu juga.
Peluru meledak dan berdesing, menghantam body mobil, menghantam aspal jalan menerbitkan percikan api.
Jalan yang meliuk-liuk. Dengan tikungan yang berbahaya, mulai menanjak di sisi terjauh tebing yang menjadi awal pegunungan Candala Rupa. 20 kilometer jaraknya, namun di pagi yang penuh peluru, terasa begitu lama.
Lurie, memacu Ducattinya dengan cepat melepas, ditariknya gas dalam-dalam, motor meraung meloncat, membelah asap knalpot dan decitan roda yang menggesek jalanan beraspal.
Oo... sekali lagi, melayang tubuh dari Volvo pertama, tubuh berjaket kulit ketat, kurus tinggi, terbanting menghalangi Ducatti yang terus mencari kesempatan memuntahkan Mark 23 di genggaman tangan kirinya. Tekanan gas ditarik dalam, menyentak, dan meloncat menghindari tubuh kurus yang terguling tewas dengan luka memerah di dada kirinya. Begitu, taktis dan efesien.
Volvo pertama, meliuk ke arah kanan Rover, dari samping pintu kiri, dengan cerdik si Kumis tipis membidik ke arah driver Rover. Dari kaca spion, driver melihat lesatan peluru, ia membanting stir ke kiri.Â
Aha... itulah jebakan si Kumis tipis. Termakan.
Saat driver Rover membanting ke kiri, posisi Rover sisi depan terdorong ke kiri, body Rover bagian belakang terbanting ke kanan... dan peluru menyambar laki-laki kekar di belakang driver.Â
Peluru menghantam telak lehernya, kepala terputar ke kanan, jatuh ke dalam Rover, darah memerahkan interior Rover, dan menghujani Riena Malik yang merunduk dengan butiran darah.
" Aaaaa... " jerit Reina ketakutan.
" Ha... Ha... ha...." Si Kumis tertawa puas karena berhasil menumbangkan musuhnya. Ia tidak menyadari sebuah pistol Mark 23, di belakangnya menyalak, dan menyambar belikatnya, membuatnya ia terbanting keluar pintu, jatuh terguling dan terkapar.
Tiga Volvo pengejar menyadari bahwa ada dua target yang harus dimusnakan.
Rover Velar di depan dan Ducatti merah yang bermanuver melepaskan peluru panas yang kedua menghantam telak telinga driver Volvo kedua. Serangan yang mengerikan, arah peluru begitu jitu.
Driver tersentak membanting stir ke kanan, gas terinjak penuh, Volvo melonjak hilang keseimbangan, terbang berputar menghantam pembatas tebing, merobek, lepas, dan berguling cepat ke dalam jurang. Berdentang, membentur dan...Â
" Buummm..."
Meledak menghantam jurang berbatu.
Volvo pengejar tinggal dua. Penembaknya membagi posisi ke arah dua jurusan sasaran tembak.
Pintu belakang di buka melepaskan tembakan dari senapan mesin AK 47, memberondong memanaskan aspal jalan, dan melontarkan api melesat cepat, mengejar Ducatti merah yang mencoba lepas dari sergapan rentetan peluru yang mengular mengejar sasaran.
Mobil Volvo satunya juga melepaskan berondongan peluru ke arah Rover Velar, yang mendadak kehilangan keseimbangan, karena roda belakangnya pecah dikoyak peluru.
Lari Rover melintir, meliuk-liuk, dan hantam peluru terakhir, lolos menembus kaca dan menghantam kepala driver yang terjerembab menghantam dashboard, dan mobil terlontar terbang ke arah kiri, menerjang pembatas jalan, menggesek, menderit dan broolll...
Merobek plat besi dan terbang melayang ke jurang sebelah kiri, berputar bagai baling-baling, meluncur tanpa gravitasi....
Lurie terkejut melihat Rover yang hillang dari pandangan, karena terjun ke jurang.
Sedetik ia lengah, dan ia bayar dengan mahal....
Dua peluru mendesing menghantam tangki motornya, merobek dan menyerempet paha kanannya.
Yang satu menghantam roda belakang motor, yang meledak, menghilangkan laju keseimbangan motor.
Meliuk hilang kendali ke kiri, yang memaksa Lurie mengambil keputusan... menekankan kaki kirinya mencari tumpuhan, dan melenting meninggalkan Ducatti yang melesat tanpa arah.
Ia jatuh terguling ke arah jurang dengan rasa panas membakar paha kanannya.
Matanya nyalang, melihat Volvo itu terbang berputar di udara, meluncur cepat ke dalam jurang.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H