Ini ada contoh. Saya alami sendiri. Sebagai alumni penerima beasiswa dari Jerman, beberapa kali saya diundang ke sana yang diadakan di beberapa kampus di kota yang berbeda. Topik undangannya sesuai dengan bidang yang saya ambil yaitu Energi Terbarukan.
Dalam pertemuan alumni di kota tersebut, diselipkan sesi diskusi dengan anggota parlemen negara bagian.
Rata-rata yang ditampilkan adalah politisi yang memang pakar di bidangnya. Pakar energi terbarukan atau pakar masalah lingkungan. Energi terbarukan sangat dekat hubungannya dengan masalah lingkungan, tepatnya ke masalah pemanasan global. Mereka tidak bawa-bawa partai, atau sesuatu simbol partai asalnya. Walaupun di Jerman partai sangat sedikit dan mudah dihapal. Mereka hanya bawa institusi, sebagai legislator di negara bagian.
Oleh karena kami orang asing, diskusi lebih banyak bagaimana politisi dan kami membahas bagaimana kenijakan energi, khususna energy terbarukan di Jerman dalam mewujudkan energi di masa depan yang rendah karbon. Ramah lingkungan.
Cara ini mungin juga perlu dipakai oleh politisi Sumbar untuk menjelaskan ke tamu tentang apa yang mereka kerjakan dalam hal kebijakan daerah sesuai dengan topik si tamu tersebut.
Terakhir, camkanlah 3 hal yang sudah disampaikan oleh Buya Maarif tersebut. Jangan pernah sudah menjalankan ABS-SBK kalau potensi Sumbar yang besar itu belum mampu membuat rakyatnya benar-benar sejahtera.
***
Penulis: Erkata Yandri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H