Saya terpaksa lompat dulu soal ABS-SBK ini. Sudah bukan ranah ilmu dan pengalaman saya lagi. Silakan dibahas oleh para pakarnya. Atau nanti kita cari narasumber yang tepat membahas ini. Kita lanjutkan ke yang lain saja, OK!
Nah, anggap saja ketiga hal itu semacam jeweran. Jeweran dari tokoh tua yang dirantau terhadap elite politik di Sumbar yang lebih muda dari beliau. Tidak usah baper. Tidak usah dimasukkan ke hati. Jadikan itu sebagai sarana untuk memotivasi diri.
Bagi saya, kata elite politik tidak saja ditujukan ke legislatif. Tapi, juga ke eksekutif karena mereka juga berasal dari partai politik. Pokoknya ini saya anggap untuk ke semua elite politik di Sumbar di segala peran dan tanggung jawabnya saat ini.
Maka, ada 3 langkah penting yang harus segera dilakukan oleh para elite politik Sumbar
Pertama, fokuslah memantau indicator indeks pembangunan ini dengan update dari BPS yang jadi topik perhatian utama dari eksekutif dan legislatif. Pakailah data itu. Buatlah target yang SMART.
Kalau perlu yang lebih menantang lagi. Coba dengan pancangkan 3-5 kali lipatnya. Biar lebih semangat mengejarnya. Ingat, potensi Sumbar itu besar. Punya SDM dan SDA yang OK punya. Jangan sia-siakan itu. Jangan hanya dibuat jalan di tempat.
Kedua, pro-aktiflah mencari peluang pembangunan sampai ke pusat. Teman saya yang jurnalis itu sering menyebutnya ini dengan istilah “manjuluak”.
Elite politik Sumbar harus punya keahlian itu. Semacam keahlian aktif dalam berkomunikasi dengan Pusat dalam mendiskusikan peluang pembangunan untuk daerah Sumbar. Jangan aktifnya kalau jalan-jalan saja. Memikirkan nasib rakyatlah yang harus menjadi nomor satu.
JAMAN NOW, memperkenalkan Sumbar untuk menggaet investor luar atau asing, tidak harus berpikir untuk pergi datang langsung ke sana. Apalagi berombongan bawa ini dan itu. Malu. Zaman sudah sangat canggih. Pertemuan bisa dilakukan secara online dalam suatu platform. Persis seperti bagaimana Buya Maarif yang di Yogya diundang berbicara tanpa harus datang ke Sumbar. Pertemuan bisa lebih fokus dan jelas. Hemat biaya. Hemat uang negara. Hemat uang rakyat.
Orang yang didatangi juga tidak repot-repot untuk melayani basa-basi. Kecuali nanti kalau calon investor itu yang mau datang sendiri, ya baguslah! Itu yang dicari. Bisa melihat langsung potensi Sumbar. Jangan dilepas kalau sudah ada yang serius mau datang begitu. Harus sampai jadi!
Ketiga, tidak usahlah malu untuk menata-ulang pola komunikasi dan kerjasama antara rantau dengan ranah. Buatlah kerjasama dengan komunitas perantau yang tersebar di berbagai grup social media seperti WhattsApp. Aktiflah berperan dalam mengajak mereka memberikan masukan ataupun peluang berinvestasi di Sumbar. Jangan mereka hanya dijadikan obyek sesaat dalam hal politik/kampanye saja.