Mohon tunggu...
Erkata Yandri
Erkata Yandri Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi di bidang Management Productivity-Industry, peneliti Pusat Kajian Energi dan pengajar bidang Efisiensi Energi dan Energi Terbarukan pada Sekolah Pascasarjana, Energi Terbarukan, Universitas Darma Persada, Jakarta.

Memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun sebagai Manajemen Productivity-Industry dan Energy sebagai Technical Services Specialist dengan menangani berbagai jenis industri di negara ASEAN, termasuk Indonesia dan juga Taiwan. Pernah mendapatkan training manajemen dan efisiensi energi di Amerika Serikat dan beasiswa di bidang energi terbarukan ke universitas di Jerman dan Jepang. Terakhir mengikuti Green Finance Program dari Jerman dan lulus sebagai Green Finance Specialist (GFS) dari RENAC dan juga lulus berbagai training yang diberikan oleh International Energy Agency (IEA). Juga aktif sebagai penulis opini tentang manajemen dan kebijakan energi di beberapa media nasional, juga berhasil mempublikasikan hasil penelitiannya tentang efisiensi energi dan energi terbarukan di berbagai jurnal internasional bereputasi.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Refleksi "How To Train Your Dragon" dan "How To Move My Giant": Pentingnya Memahami Momentum untuk Sumbar

24 Maret 2021   11:37 Diperbarui: 26 September 2021   23:20 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: Dreamstime.com

Lalu, dalam ilmu mekanika klasik, momentum merupakan hasil perkalian dari massa benda (kg = kilogram) dengan kecepatan (m/s = meter per detik). Satuannya adalah N.s atau Newton detik. Perubahan momentum disebut dengan impuls. Anggap saja massa bendanya tetap dan waktunya singkat. Maka, untuk mendapatkan impuls atau perubahan momentum yang semakin besar harus ada gaya yang cukup besar bekerja pada benda tersebut. Sehingga, dia bisa bergerak lebih cepat dari keadaan sebelumnya.

Saya menyebutnya ini sebagai “gaya sentak”.  Kalau kita analogikan ke topic manajemen kinerja atau manajemen perubahan, mungkin inilah yang disebut dengan “gaya gebrak’, atau “menggebrak”, singkat saja menjadi “gebrakan”. Atau, “breakthrough” dalam bahasa Inggris. Tujuannya, agar hasilnya bisa membuat orang “tabilalak” (terkejut, terpesona, terkesima, tercengang, kagum, melongo, dsb).

Sekarang, mari kita bandingkan apa yang sudah dilakukan antara Sumbar dengan Kepri. Tentu, berdasarkan pencapaian mereka selama 3 minggu atau sebulan ini. Kita coba lihat dari geliat aktifitasnya! Cukup dari pantaun media saja. Untuk tahap awal ini, kita anggap saja media masih cukup fair dan netral dalam melaporkan sesuatu. Masih wajar-wajar saja. Tidak begitu melebih-lebihkan, ataupun menjelek-jelekkan. Kira-kira hasil pemantauan knologisnya begini.

Setelah dilantik, mereka langsung pulang ke daerah masing-masing. Pemimpin Sumbar menghilang selama 2 hari. Kemudian muncul pada suatu acara ucap syukur. Hari berikutnya  mereka menyambangi Polda Sumbar. Kemudian muncul lagi setelah kasus penghentian pembangunan jalan toll Padang-Pekanbaru, di-blow-up media. Sayangnya, Gubernur Sumbar bereaksi dengan memanggil Hutama Karya ke kantornya. Tentu akan lain dampaknya kalau mengajak media nasional terjun langsung ke daerah yang bermasalah. Daerah yang membuat pembangunan jalan toll tersebut jadi mandek. Meski cuma tampak berfoto saja di sana, tapi dampaknya akan sangat dahsyat. Dilihat oleh masyarakat. Sebuah momentum yang sudah hilang. 

Baru pada minggu ketiga mereka keluar kandang dengan menemui pejabar di pusat. Gubernur dan Wagub Sumbar menemui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Panjaitan (LBP), untuk membicarakan Program Strategis. Intinya masalah percepatan pembangunan insfratruktur Sumatera Barat melalui program PEN (Pemulihan Ekonomi Nasional) Padat Karya. 

Kemudian, Wagub Audy Joinaldy menemui Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa, untuk membahas peran Bappenas dan dukungan terhadap pembangunan di Sumbar, Jakarta. Wagub Audy Joinaldy didampingi Wakil Bupati Limapuluh Kota dan Wakil Bupati Sijunjung. Mereka membicarakan program percepatan pembangunan ekonomi di Sumbar yang difokuskan pada, perhubungan insfrastruktur jalan, sumber daya air, SDM, ekonomi dan pengembangan kawasan pariwisata Sumbar.

Sementara itu, Pemimpin Kepri langsung masuk kantor di hari pertama keesokan harinya. Hari kedua mereka menyambangi TNI Polri, BPK, dll. Kemudian mereka sudah bicara mengenai penyatuan Badan Pengusahaan Batam-Bintan-Karimun. Langsung keluar aturannya. Kemudian membahas rencana pembangunan jembatan Batam-Bintan. Segala urusan keperluan administrasinya langsung diurus. Kemudian secara intensif melobby Singapura dan Pusat untuk pariwisatanya. 

Karena mereka tahu bahwa nasib Kepri banyak ditentukan dari sektor wisata dengan focus ke Singapura ini. Mereka langsung berkoordinasi dengan 3 Menteri; Menkeu, Menko Maritim, Mendag, terkait masalah pembangunan strategis Kepri. Pembukaan wisman bagi Batam-Bintan yang sebelumnya terkatung katung tidak jelas. Kalangan industri pariwisatanya langsung memberikan response semangat. Kepri mendeklarasikan akan membuka pariwisatanya di April. Singapura di Juni. Dan, mereka tinggal menunggu hasil.

Kemudian, terkait dengan RPJMD, atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Hal yang sangat penting dengan pembangunan. RJPMD merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk jangka periode selama 5 (lima) tahunan yang berisi penjabaran dari visi-misi dan program kerja kepala daerah dengan berpedoman pada RPJP Daerah serta memperhatikan RPJM Nasional. Faktanya, pemimpin Kepri menyebut hanya merevisi RPJMD. Ini artinya, pemimpin sebelumnya sudah membuat dan mewariskan hasilnya. Gubernur baru tinggal menyesuaikan.saja dengan visi-misinya. Beda dengan pemimpin RPJMD di Sumbar. Pemimpin yang baru mau akan menyusun. Artinya, RPJMD belum ada. Mungkin maksudnya belum ada warisan dari sebelumnya.

Kesimpulan, Sumbar cukup lama melakukan konsolidasi, yang masih membahas pembangunannya secara umum.  dengan menyampaikan keinginan dan kebutuhannya ke pejabat terkait di pusat tanpa menunjukkan sektor mana yang harus mereka gebrak dalam waktu singkat ini. Beda dengan Kepri yang langsung to the point dengan action yang jelas untuk menggenjot sektor pariwisatanya, rencana pengembangan ekonomi jangka panjangnya dengan koneksitas infrastruktur jembatan tadi, yang tentunya harus didukung efisiensi pengelolaan manajemen kawasan Batam-Bintan-Karimun.  

Baiklah! Bagi saya, tidak usah terlalu lama menilainya. Sudah cukup dalam 3 mingguan ini saja, Sekilas kecepatan dari pemimpin kedua propinsi ini cukup beda. Alhasil, momentumnya beda. Namun, Sumbar tidak perlu takut. Masih ada waktu untuk merubah keadaan. Ini baru indikasi 3 mingguan atau 1 bulanan. Masih panjang perjalan untuk 3.5 tahun ke depan. Kepri masih proses. Sumbar pun demikian. Posisi sama-sama belum final. Belum membuahkan hasil. Jadi, masih banyak cara untuk merobah keadaan sekarang menjadi lebih baik lagi. Bagaimana membuat orang semakin yakin lagi. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun