Mohon tunggu...
Jabalos Simbolon
Jabalos Simbolon Mohon Tunggu... -

Pandangan Peolotik. (Peol=melenceng otik=sedikit)

Selanjutnya

Tutup

Money

Bermula dari Sebatang Pohon...

7 Mei 2010   12:55 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:21 935
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika bertemu dengan Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Deli Serdang, Dr Sofyan Marpaung, mulai membicarakan gerakan Green School. Tanpa banyak membahas sana-sini, langsung kami kerjakan. Sosialisasi sekaligus penanaman pohon berbagai jenis (termasuk bibit buah-buahan), dipusatkan di SMAN I Tanjung Morawa. Ada ratusan sekolah ikut partisipasi, 1.500 siswa dan guru hadir. 10.000 pohon dapat ditanam dalam waktu singkat.

Rupanya, Dinas Pendidikan Kota Medan cemburu melihat Deli Serdang. Sebenarnya, lebih dulu ditawari kepada Kepala Dinas Kota Medan, Hasan Basri. Tetapi, tidak langsung disambut. Makanya ditinggalkan. Ia pun meminta agar pencanangan Green School dilakukan juga di Medan.

Dalam waktu 10 hari, konsepnya disiapkan. Saya selaku penanggungjawab lapangan Save The Earth, harus berjibaku mencari bibit 15.000 batang. Padahal, menanam pohon ini hanya sebagai pengganti rekreasi. Empat hari 'meminta-minta' ke sana-sini, bibit itu pun terpenuhi. Saya berterimakasih kepada pengelola pembibitan yang sekarela memberi pohonnya untuk ditanami.

Jadilah penanaman massal di sekolah-sekolah di Kota Medan, yang dipusatkan di SMA 15 Medan, 30 Desember 2009. Ketika itu, untuk SD dan sekolah swasta belum ikut. Penjabat Wali Kota Medan, ketika itu Rahudman Harahap hadir di sana dan menanam simbolis. Rasa cemburu Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan pun terobati.

***

Secara diam-diam, Sekolah Dasar Negeri (SDN) Nomor 068005, di Kelurahan Mangga, Kecamatan Medan Tuntungan, Medan, merencanakan pencanangan Sekolah Berbasis Lingkungan (SBL). Kepala SDN 068005, Jamahi Saragih, telah membuat konsepnya. Walau di lokasi terbatas, tak menyurutkan semangat kepala sekolah, guru dan muridnya untuk berbuat peduli lingkungan.

Lokasi sekolah itu berada di kawasan Perumnas Simalingkar Medan dan halamannya berbatasan dengan anak sungai, yang bermuara ke Sei Babura serta pemukiman warga. Jalan ke sekolah, mengikuti jalan pemukiman yang kecil. SDN Nomor 068005 itu sama sekali tidak terkenal. Bahkan tidak masuk daftar sekolah favorit di Kota Medan atau Kecamatan Tuntungan. Idealnya, SDN di pinggir sungai itu adalah sekolah kampung. Karena, di pinggir halaman sekolah masih ada kandang kambing, tepatnya di sempadan anak sungai itu.

Tetapi, komitmen yang dibangun dengan 'sekolah kampung' itu patut jadi inspirasi bagi sekolah yang lebih modern. Pada 27 Januari lalu, pencanangan SBL di tingkat SD di Kota Medan, justru dimulai dari sana. Jamahi mengontak saya untuk berdiskusi dan mengantar tambahan bibit pohon. Dalam berbagai sosialisasi sebelum pencanangan, murid, guru, kepala sekolah, dan orangtua murid duduk bersama mendengar arahan dari narasumber atau pembina lingkungan. "Duduk bersama itu penting agar tidak ada pembedaan. Apa yang kita dengar dari pembina juga didengar anak-anak. Sehingga rasa memiliki itu tumbuh dalam dirinya," ujar Jamahi.

Murid-murid pun dibimbing mengelola sampah yang ada di sekolah, merawat taman, pohon dan menjaga kebersihan hingga ke toilet. Jamahi menerapkan, siapa yang duluan melihat sampah terletak di halaman sekolah, diminta kesadarannya memungut. Lalu, ditempatkan di wadah penampung sampah organik dan anorganik. Dari murid-murid, juga diangkat sebagai 'promotor' untuk mengajak teman-temannya peduli lingkungan.

Kelompok Lingkungan Hidup (KLH) dinamai KASIH (Kerjasama, Aman, Sejuk, Indah dan Hijau). Pengurus dan anggota kelompok bertanggungjawab untuk menjaga kebersihkan sekolah, menyiram taman dan merawat pohon. "Kami akan menjaga baik taman dan pohon di sekolah ini. Yang penting sejuk, bersih, sehat dan kami enak belajar," kata Henokh, Ketua KLH KASIH didampingi anggota Nael Sipayung dan Afifa Anis, murid kelas 3.

Paris Sembiring, selaku Kader Lingkungan Hidup Tingkat Nasional dan Peraih Kalpataru 2003 dan Drs Rasmin Simbolon MPd, sebagai pembina lingkungan di SD itu. Kedua pembina ini rajin memberi arahan hingga teknis di lapangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun