***
Sudah hamper tiga tahun Azam menghafal Al-Qur'an. Sudah hamper tiga tahun pula Azam tak bertemu Bibah. Dia mencoba pergi kerumah Bibah. Selain itu dia juga ingin bertemu Abah Bibah.
Azam berjalan menuju pintu rumah Bibah. Dia melihat sekeliling halaman rumah, terlihat seperti habis ada suatu acara. Azam mengetuk pintu dan salam. Tak lama kemudian pintu dibuka oleh seorang  pria. "Wa'alaikumsalam, maaf mas mau cari siapa ya?"
"Bibahnya ada mas?"
"Iya ada, kalau boleh tau mas ini siapa?"
"Saya temannya Bibah mas. Lha mas sendiri siapa?"
"saya suaminya dek Bibah."
Kata-kata yang keluar dari mulut pria itu sesat meretakkan hati Azam. Sebuah tiang yang begitu kokoh sekejap runtuh oleh terpaan badai yang sedang mengamuk. Kantung matanya terasa tak kuat lagi menahan air mata, tapi dia berusaha menahannya agar tak keluar. Bibah pun keluar dari rumah. Dia mempersilahkan Azam untuk duduk lalu menceritaka semua yang telah terjadi selama ini, bahwa  ada seorang teman Abahnya yang juga seorang kyai ingin menjodohkan putranya dengan Bibah dan Abahnya tak bias menolak tawaran itu.
Dengan sejuta rasa kecewa yang dirasakan Azam, dia tetap mencoba menerima semua dan mencoba menegakkan kembali tiang yang sempat runtuh. "Aku yakin, insyaallah mas Azam akan mendapat wanita yang lebih dari saya. Tetap kuat dan lanjutkan lah hafalan mas yang sudah hamper selesai." Ucap Bibah yang juga tak kuasa menahan air matanya hingga ia pun membasahi pipi gadis yang pernah mengisi hati Bibah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H