Mohon tunggu...
Iwan Seppriadi
Iwan Seppriadi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Analisis Kasus Aksi Damai 4 November 2016

14 November 2016   20:22 Diperbarui: 14 November 2016   20:27 5151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

ANALISIS KASUS AKSI DAMAI 4 NOVEMBER 2016

OLEH : IWAN SEPPRIADI

C1021511RB5002

ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS SANGGA BUANA BANDUNG

Sesuai dengan perspektif perbedaan individual sangat menentukan bagaimana individu menerima stimulus dari lingkungannya termasuk bagaimana mereka memberi makna.

Pada perkembangan demonstrasi aksi damai 4 November kemarin, kita bisa melihat bagaimana rekasi demonstran pada saat itu berdasarkan daerah masing-masing yang banyak dipengaruhi oleh perbedaan individual dan budaya dan perilaku demonstran sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Demonstran berasal dari beberapa daerah, mereka merupakan representatif dari daerah mereka masing-masing diantaranya Kota Bandung, Depok, Semarang, Poso, Jakarta, Jambi, dan masih banyak yang menjadi asal dari demonstran.

Ada beberapa ciri bahwa teori perbedaan individual pada aksi damai tersebut benar direalisasikan sekaligus tidak dilakukan :

  • Kegiatan demonstran berbeda-beda, ada yang melakukan “pungut sampah” sebagai reaksi dari stimulus ini bisa terjadi akibat perilaku individu yang terbiasa menjaga kebersihan. Demonstran melakukan respon cepat dengan memungut sampah sebagai reaksi yang diberikan.
  • Kegiatan demonstran dipungkas oleh aksi rusuh yang dilakukan oleh sebagian demonstran.

KELOMPOK SOSIAL :

  • Ormas Umum :

PNS, Organisasi Kemahasiswaan, Forum Mahasiswa Pembela Islam, Pusat Advokaksi Hukum dan Ham, Dewan Masjid, Majelis Taklim, Pondok Pesantren, Jemaah Masjid, LSM, Forum Ukhuah.

  • Ormas Islam :

FPI, HMI, MUI, TAPI3, PP FORSAP FUII, GNPF, FUI.

FPI : Pimpinan FPI menyatakan bahwa tujuan dari kegiatan 4 November bertujuan untuk melakukan aksi damai. Namun, ada beberapa oknum yang menyebabkan kericuhan di akhir demo pada 4 November kemarin. Menurut infomrasi yang beredar ada beberapa ormas yang menjadi sorotan kepolisian yakni FPI dan HMI, setidaknya ada 10 orang yang diperiksa polisi namun setelah dilakukan pemeriksaan, ke-10  orang yang dianggap provokator tersebut tidak terbukti bersalah, sehingga dilepaskan kembali oleh kepolisian.

MUI : Mereka menganggap dirinya tidak berpihak namun dilapangan terdapat dua kelompok, yang membedakan diri yakni pihak pertama menyatakan demo kemarin adalah pihak yang menyatakan bahwa demo kemarin adalah show down antara umat islam dengan pemerintah, show down merupakan sebuah “perhitungan” yang dilakukan umat islam dalam menunjukan kekuatannya dan bukan sekedar untuk menjatuhkan Ahok. Bahkan mereka berpendapat jika ahok jatuh tidak hanya kepemimpinan ahok saja yang runtuh, namun juga kepemimpinan Jokowi. Sebab ada beberapa pihak yang ingin melakukan destruksi sosial  dengan adanya konflik umat beragama, mengikuti kericuhan beberapa tahun silam di Suriah.

Namun, pihak kedua yang menanggapi kasus 4 november ini menganggap Jokowi terkesan melindungi ahok, sehingga mereka menekan Polri untuk segera menyelesaikan pemeriksaan terhadap Ahok.  

STRATA SOSIAL :

Ada beberapa tokoh yang hadir dalam aksi damai ini, diantaranya dari berbagai organisasi masyarakat dan pemerintahan, diantaranya :

Bahtiar Nasir (Ketua GNPF), Kiayi Haji Doktor Makruf Amin (KETUAMUI), Kiayi Haji Tengku Zulkarnain (Wakil Sekjen MUI), Gymnastiar-aa Gym (Tokoh Agama), Misbahul Anam (DPP FPI), M Nurdin( DPW FPI), Dejavar Sidik (DPP FPI), M Al-Khatath (Sekjen FUI), Ahmad Dani (Artis Dan Cawabup).

PERUBAHAN SOSIAL :

Ada beberapa perubahan sosial dalam aksi damai tersebut:

  • Gymnastiar-aa Gym (Tokoh Agama), kapasitas sebagai opinion leadernamun tidak dipergunakan dengan baik, beliau hanya menjadi demonstran biasa dan lebih memberikan contoh dalam menjaga kebersihan dibanding menjadi pembicara dalam aksi damai tersebut.
  • Ahmad Dani (Artis Dan Cawabup), kapasitasnya sebagai artis dan cawabup biasa ternyata menjadikan kesempatan aksi damai ini sebagai salah satu pembicara dalam aksi damai tersebut.
  • Mahasiswa, selain sebagai mahasiswa biasa di universitas masing-masing, banyak mahasisw yang datang ke aksi damai ini sebagai ketua dari kordinasi aksi damai di daerahnya masing-masing.    

KOMUNIKASI MASSA :

Pertemuan dengan media

“Pertemuan dengan media berdasarkan tiga kerangka teoritis: perspektif perbedaan individual, perspektif kategori sosial, dan perspektif hubungan sosial” (Jalaludin, 2012: 200).

Pemberitaan media :

1.Media Nasional :

  • Ada beberapa aspek kepentingan menurut media,
  • Aspek kepentingan PILGUB 2017, umat muslim tidak ingin Ahok menjadi gubernur kembali karena ucapan-ucapan yang kurang baik, pemimpin harus dari umat muslim,
  • Aspek kepentingan PILPRES 2019, ada beberapa kepentingan seperti aspek pilpres 2019 mendatang yang nantinya akan muncul opini publik tentang jokowi yang sulit untuk meredam massa yang begitu banyak.
  • Aspek kepentingan NON RASIONAL, rasa iba akibat adanya penggusuran lahan oleh ahok sehingga ikut melakukan demonstrasi dan adanya pihak-pihak yang dibayar dalam melakukan aski tersebut.

2.Media Internasinal :

  • Berdasarkan Policy analisis of conflict Sydney Jones menganalisis demo kemarin diawali dengan kegagalan menahan Ahok menjadi gubernur saat Jokowi naik menjadi presiden. Pada saat Jokowi mengajukan diri untuk menjadi gubernur bersama Ahok, beberapa masyarakat (Ormas Islam) melakukan penolakan, bahkan konflik saat itu menjadi pemicu pada konflik 4 November saat ini. Selain itu media internasional juga menganalisi pemberitaan ini sebagai dampak dari kekecewaan pada masa itu, selain itu Media Internasional juga mengatakan adanya keterlibatan anggota Front Kemenangan Suriah dalam aksi tersebut.
  • Menurut, Asia Murdoch University Yan Wilson, demo kemarin terjadi akibat adanya luapan kemarahan, mereka mengatakan bahwa kemarin (Jaman Ahok dan Jokowi) sering dilakukan penggusuran tanah di Jakarta, sehingga kelompok yang merasa dirugikan saat itu memanfaatkan kesempatan pada aksi tersebut sebegai luapan emosi. Dengan adanya kejadian yang dianggap penistaan agama kemarin, dianggap menjadi ujung sumbu dan dimanfaatkan oleh islam radikal, sehingga dapat mengumpulkan massa yang begitu banyak. Terakhir, hal ini bisa diakibatkan oleh keterlambatan Polri dalam memeriksa Ahok, sehingga massa menjadikan demo ini sebagi pilihan untuk menekan Polri.
  • Analisis ini berdasarkan informasi yang disimpulkan dari berbagai sumber di internet bukan berdasarkan terjun dilapangan//IwanSeppriadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun