Emisi nol: Mesin listrik sepenuhnya bebas emisi jika listriknya berasal dari sumber energi terbarukan.
Konsep terbukti: Propulsi listrik sudah banyak digunakan pada kendaraan darat dan semakin sering diterapkan pada pesawat kecil, seperti drone dan pesawat jarak pendek.
Perawatan lebih rendah: Motor listrik memiliki lebih sedikit komponen yang bergerak dibandingkan mesin jet konvensional, sehingga berpotensi menurunkan biaya perawatan.
Tantangan:
Kepadatan energi baterai: Baterai lithium-ion saat ini memiliki kepadatan energi yang jauh lebih rendah dibanding bahan bakar fosil. Misalnya, bahan bakar jet memiliki kepadatan energi sekitar 43 kali lipat dari baterai lithium-ion terbaik, yang berarti pesawat listrik membutuhkan baterai berat, yang membatasi jangkauan dan muatan.
Batasan jangkauan dan muatan: Propulsi listrik layak untuk pesawat ringan jarak pendek, tetapi saat ini tidak praktis untuk penerbangan jarak jauh komersial karena keterbatasan berat dan penyimpanan energi.
Infrastruktur dan waktu pengisian daya: Pengembangan penerbangan listrik berskala besar memerlukan jaringan infrastruktur pengisian cepat, dan waktu pengisian untuk baterai besar bisa memakan waktu lama.
Kelayakan: Seiring dengan perkembangan teknologi baterai, mesin listrik kemungkinan akan layak untuk penerbangan regional dan jarak pendek. Namun, untuk penerbangan jarak jauh dengan kapasitas besar, mesin listrik tetap kurang layak tanpa terobosan besar dalam teknologi penyimpanan energi.
2. Mesin Jet Berbasis Plasma
Mesin jet berbasis plasma menghasilkan daya dorong dengan mengionisasi udara atau gas lain untuk menciptakan plasma, yang kemudian dikeluarkan dengan kecepatan tinggi untuk menghasilkan dorongan. Propulsi berbasis plasma sudah digunakan pada pesawat ruang angkasa untuk manuver, namun umumnya kurang bertenaga untuk melawan hambatan atmosfer Bumi pada skala yang sesuai untuk pesawat besar.
Kelebihan: