Kamala Harris dalam KampanyeÂ
Tantangan dan Harapan CapresPenanganan Isu Imigrasi oleh Kamala Harris.Â
Isu imigrasi merupakan salah satu masalah terbesar yang dihadapi Kamala Harris dalam kampanye kepresidenannya. Isu ini semakin memanas dengan teori Replacement yang dihembuskan oleh Partai Republik, yang menakut-nakuti warga Amerika bahwa pekerjaan mereka akan diambil alih oleh imigran. Ketakutan ini membuat banyak warga Amerika merasa sangat tidak puas dengan kebijakan awal Presiden Biden yang melonggarkan aturan imigrasi, yang menyebabkan lonjakan migrasi di perbatasan selatan.Â
Ironisnya, kebijakan imigrasi yang membutuhkan banyak imigran untuk mempercepat kemajuan perekonomian AS ini sebenarnya dimulai oleh Partai Republik di bawah Presiden Ronald Reagan. Pada saat itu, kebijakan ini dianggap perlu mengingat jumlah penduduk AS yang tidak cukup untuk mempercepat produksi yang diminta oleh industri dalam negeri. Presiden Biden mencoba untuk mengakomodir kedua sisi isu ini dengan melakukan "Balancing Act."
 Di satu sisi, Biden memenuhi kuota permintaan imigran untuk petani dan industrialis dari Partai Republik, yang bagus untuk produksi dan menambah barang serta jasa guna menurunkan inflasi. Di sisi lain, Biden menekan angka imigran untuk meredakan ketakutan golongan menengah yang didorong oleh Partai Republik.
Namun, protes dari kelompok pekerja Partai Republik semakin keras, ditambah dengan musim gelombang imigrasi yang memang sedang terjadi. Tekanan yang besar ini membuat polling Biden turun drastis. Oleh karena itu, Biden memberlakukan Keputusan Presiden untuk memperketat aturan imigrasi, sehingga jumlah imigran turun drastis. Meskipun masalah ini tampaknya sudah teratasi, media terus menyoroti bagaimana tanggapan Kamala Harris.
Harris, yang telah bolak-balik ke perbatasan dan diberi tanggung jawab atas beberapa kebijakan imigrasi di bawah Biden, kini harus menghadapi pertanyaan: apakah ia masih harus mencoba meyakinkan pemilih bahwa ia akan lebih tegas dibandingkan Biden? Harris memahami bahwa untuk memenangkan hati para pemilih, ia harus menunjukkan bahwa ia mampu menangani masalah imigrasi dengan lebih baik dan tegas.
Dalam beberapa pidatonya, Harris berusaha meyakinkan pemilih bahwa ia memahami kompleksitas masalah imigrasi dan berkomitmen untuk menemukan solusi yang adil dan manusiawi. Ia menekankan pentingnya keamanan perbatasan sekaligus menunjukkan rasa kemanusiaan terhadap para imigran. Harris juga berjanji untuk bekerja sama dengan Kongres untuk mereformasi sistem imigrasi agar lebih efisien dan adil.Â
Kesimpulannya, penanganan isu imigrasi oleh Kamala Harris mencerminkan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi negara dan ketakutan yang dirasakan oleh sebagian warga. Dengan pendekatan yang tegas namun manusiawi, Harris berusaha meyakinkan pemilih bahwa ia adalah pemimpin yang tepat untuk menghadapi tantangan ini. Sikapnya yang proaktif dan penuh empati diharapkan dapat membawa perubahan positif dan memperkuat posisinya dalam kampanye kepresidenan.
Kesimpulan dari isu imigrasi, Â bahwa Kamala Harris menghadapi tantangan besar terkait isu imigrasi dalam kampanye kepresidenannya. Partai Republik mengangkat teori Replacement untuk menakut-nakuti warga Amerika bahwa pekerjaan mereka akan diambil alih oleh imigran, menciptakan ketidakpuasan terhadap kebijakan imigrasi yang lebih longgar di awal pemerintahan Biden.Â
Meskipun kebijakan imigrasi diperlukan untuk mempercepat kemajuan ekonomi AS, Biden harus melakukan tindakan penyeimbangan antara kebutuhan ekonomi dan ketakutan warga.Â
Harris, yang telah bertanggung jawab atas beberapa kebijakan imigrasi di bawah pemerintahan Biden, kini harus menunjukkan bahwa ia mampu menangani masalah ini dengan lebih tegas dan adil. Dalam pidatonya, ia menekankan pentingnya keamanan perbatasan sambil tetap menunjukkan rasa kemanusiaan terhadap para imigran. Harris berjanji untuk bekerja sama dengan Kongres untuk mereformasi sistem imigrasi agar lebih efisien dan adil.
Isu Inflasi yang juga dihembuskan oleh partai RepublikÂ
Isu inflasi menjadi salah satu topik utama yang diangkat oleh Partai Republik dalam upaya mereka untuk melemahkan kepercayaan publik terhadap Kamala Harris dan pemerintahan Demokrat. Meskipun isu ini bukanlah isu klasik yang biasanya diangkat oleh Partai Republik, mereka memanfaatkan momen ini untuk mempengaruhi opini publik.Â
Pada tahun 2023, inflasi di Amerika Serikat sempat mencapai puncaknya di angka 9.1%, akibat perubahan besar dalam pola produksi dan distribusi pasca pandemi COVID-19. Namun, seiring waktu, tingkat inflasi telah turun drastis dan kini berada di angka 2.97%. Meski demikian, Partai Republik terus menghembuskan isu ini seolah-olah inflasi masih berada pada tingkat yang tinggi, dibantu oleh media yang masih menyebarkan narasi lama tanpa mengakui penurunan signifikan tersebut.
Salah satu alasan di balik tekanan Partai Republik terhadap isu inflasi adalah keinginan mereka untuk mempertahankan upah minimum federal pada tingkat yang sangat rendah, yaitu $7.25 per jam. Sementara itu, beberapa negara bagian seperti California telah menaikkan upah minimum mereka menjadi $16 per jam, menunjukkan ketidakpuasan dengan standar federal yang tidak mencerminkan biaya hidup yang sebenarnya.Â
Partai Republik, yang didukung oleh para industrialis, berpendapat bahwa kenaikan upah akan meningkatkan biaya produksi, meskipun kenyataannya adalah bahwa pekerja dengan upah yang lebih tinggi dapat meningkatkan daya beli mereka, yang pada gilirannya dapat menguntungkan para industrialis dengan penjualan barang yang meningkat.
Dalam konteks ini, Kamala Harris berupaya menjawab kekhawatiran tersebut dengan pendekatan yang lebih fokus pada pelaku industri yang terlalu jauh bermain dengan harga yang kartel, atau perilaku pengusaha monopoli yang selama ini mematok harga obat atau tambahan ongkos tiket pesawat, praktek kotor perbankan, dan permainan asuransi kesehatan.Â
Biden dan timnya merencanakan, di periode kedua, untuk makin intensif mengejar pelaku bisnis nakal dan kotor demi membela kepentingan konsumen atau rakyat. Program ini juga akan diteruskan oleh Kamala Harris. Inilah program populis yang secara nyata sudah dicapai, namun kurang disebarkan dibandingkan dengan janji-janji dan gembar-gembor ilusi Trump. Kerja senyap ini seringkali tenggelam oleh janji-janji palsu Trump, yang menyebabkan isu ini terus ada.
Dalam pidatonya kepada staf kampanye, Harris menekankan pentingnya membangun kelas menengah sebagai program utama kepresidenannya, seperti yang selama ini sudah berhasil dilakukannya. Ia berbicara tentang pengalamannya sebagai jaksa yang menghadapi bank-bank besar dan perguruan tinggi yang mencari keuntungan, menunjukkan komitmennya untuk melawan keserakahan perusahaan dan memperjuangkan harga yang lebih rendah serta pekerjaan yang baik dan kesempatan kerja dari investasi manufaktur dan infrastruktur.
Harris berjanji untuk melawan perusahaan yang serakah dan kebijakan ekonomi Tiongkok yang merugikan, mencerminkan pesan-pesan kampanye dari kandidat Senat Partai Demokrat yang telah berhasil menarik perhatian pemilih. Ia menegaskan bahwa membangun kelas menengah yang kuat dan stabil adalah kunci untuk mengatasi inflasi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Kesimpulan dari isu inflasi, bahwa partai Republik memanfaatkan isu inflasi untuk melemahkan kepercayaan publik terhadap Kamala Harris dan pemerintahan Demokrat. Meskipun inflasi telah turun drastis dari puncaknya, narasi lama masih digunakan oleh media untuk mengkritik pemerintahan saat ini. Partai Republik ingin mempertahankan upah minimum federal yang rendah, sementara negara bagian seperti California telah menaikkan upah minimum untuk mencerminkan biaya hidup yang sebenarnya.Â
Harris berupaya menjawab kekhawatiran ini dengan fokus pada pelaku industri yang memanfaatkan harga kartel dan perilaku monopoli. Ia berkomitmen untuk melawan perusahaan yang serakah dan memastikan harga yang lebih rendah serta pekerjaan yang baik melalui investasi manufaktur dan infrastruktur.
Pendirian dan Kebijakan akan Liberalisme dan Kebijakan Inklusif
Kaum liberal AS telah mengadopsi beberapa posisi terkait isu gender yang berada di luar arus utama. Misalnya, banyak dokter di Eropa percaya bahwa bukti ilmiah tidak mendukung pengobatan hormon transisi gender untuk banyak anak. Kebanyakan warga Amerika setuju dengan pandangan ini, sambil juga menentang diskriminasi terhadap orang trans. Dalam hal ini, banyak tokoh Demokrat menempati posisi yang lebih kiri dari pandangan publik, termasuk Kamala Harris.Â
Kamala Harris berasal dari negara bagian California, yang dikenal sebagai salah satu wilayah paling progresif dan mendukung kebijakan woke di Amerika Serikat. Selama menjabat sebagai Wakil Presiden, Harris dan Presiden Biden mengambil posisi moderat terkait isu-isu gender dan LGBTQ+, meskipun sering menerima masukan dari kelompok progresif seperti Alexandra Ocasio-Cortez dan Bernie Sanders.Â
Selama ini, perjuangan budaya baru yang diusung oleh Harris sering ditentang oleh Partai Republik, yang seringkali memutarbalikkan narasi menjadi seolah-olah Harris dan para pendukungnya memaksakan liberalisme kultural yang elitis. Namun, Harris tetap teguh pada prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan sosial. Dia seringkali mengafirmasi semua kebijakan pemerintah yang selama ini salah terhadap orang kulit berwarna, ataupun LGBTQ+, dengan fokus pada menghapus diskriminasi.
Dalam kerangka ini, Harris menekankan pentingnya pendidikan dan kebijakan inklusif yang memastikan setiap individu, tanpa memandang gender, orientasi seksual, atau ras, mendapatkan perlakuan yang adil dan setara. Ia percaya bahwa dengan membangun masyarakat yang inklusif, Amerika Serikat dapat menjadi negara yang lebih kuat dan bersatu.
Harris juga menyoroti pentingnya mendengarkan dan belajar dari berbagai kelompok masyarakat. Dalam pidato-pidatonya, ia sering berbicara tentang pengalaman pribadi dan profesionalnya dalam melawan diskriminasi dan mempromosikan kesetaraan. Harris menegaskan bahwa perjuangannya bukan hanya tentang mempromosikan kebijakan liberal, tetapi juga tentang menciptakan lingkungan yang adil dan mendukung bagi semua orang.
Sebagai penutup, Kamala Harris berkomitmen untuk terus memperjuangkan hak-hak kelompok minoritas dan memastikan bahwa setiap individu mendapatkan kesempatan yang sama untuk mencapai kesuksesan. Dengan pendekatan yang inklusif dan fokus pada keadilan sosial, Harris bertekad untuk membawa perubahan positif yang nyata bagi masyarakat Amerika Serikat.Â
Ini adalah inti dari perjuangan liberalisme Kamala Harris, yang meskipun seringkali menghadapi kritik dan perlawanan, tetap berdiri teguh pada prinsip-prinsip kesetaraan dan keadilan. Harris percaya bahwa dengan kebijakan yang tepat, Amerika Serikat dapat menjadi negara yang lebih inklusif dan adil bagi semua warganya.
Keraguan akan Kamala Harris akhirnya menjadi luntur apalagi semua ideologi yang dibawanya adalah berasal dari negara bagian yang mayoritas adalah demokrat atau sebagai pilar demokrat yang paling progresif. Kebiasaan dengan gelombang progresif yang akhir akhir ini sering mengemuka, Harris langsung bisa diterima oleh semua pihak tanpa ada perlawanan seperti yang dikhawatirkan oleh semua media dan partai Republik bahwa partai Demokrat tidak suka akan Harris dan akan melompatinya dengan kandidat yang lain. Terlebih setelah dalam waktu sehari Harris mampu menghimpun dana tambahan sebesar $100 juta. Â Di Samping gerbong kereta dukungan terus saja berdatangan dan bergabung secara solid, tidak seperti yang banyak dikhawatirkan oleh media mainstream, bahwa semuanya pasti akan menentang ternyata salah semua.Â
Kesimpulan dari isu Liberalisme dan Kebijakan Inklusif, bahwa Kamala Harris berasal dari negara bagian California, yang dikenal sebagai wilayah paling progresif di AS. Dalam kebijakan terkait isu gender dan LGBTQ+, Harris dan Presiden Biden mengambil posisi moderat, meskipun sering menerima masukan dari kelompok progresif. Harris menekankan pentingnya pendidikan dan kebijakan inklusif untuk memastikan setiap individu mendapatkan perlakuan yang adil dan setara.Â
Harris berkomitmen untuk memperjuangkan hak-hak kelompok minoritas dan menciptakan lingkungan yang adil bagi semua orang. Ia percaya bahwa dengan kebijakan yang tepat, AS dapat menjadi negara yang lebih inklusif dan adil.
Perlu Memperbaiki Kelemahan Gaya Komunikasi
Salah satu kelemahan yang sering saya lihat dan saksikan sendiri dari Kamala Harris sebagai calon presiden adalah gaya bicaranya yang seringkali diulang-ulang dengan materi yang sama. Kebiasaan ini mungkin menunjukkan penguasaan materi pidato yang terbatas atau strategi retorika yang kurang bervariasi.Â
Karena adanya ketakutan mengulangi cara Biden untuk mengcover ide besar dan tiba tiba hilang ditelan ide lainnya yang keburu mau diucapkan, atau kurang fokus dan terlalu banyak. Penguasaan materi dan kontrol bicara 100% hingga sampai ke titik dan komanya menjadi perangkap.Â
Hal ini dapat mengurangi minat pendengar dari kalangan elit pemikir yang sudah familiar dengan isi pidatonya, karena mereka merasa tidak mendapatkan informasi baru atau wawasan yang segar. Lain dengan audiens Trump yang isinya dari kalangan menengah kebawah, yang mempunyai kekurangan dalam logika dan ingatan.Â
Sebagai contoh, Harris sering kali mengulang tema-tema utama seperti keadilan sosial, kesetaraan, dan inklusivitas dalam pidatonya. Meskipun tema-tema ini penting, pendekatan yang kurang dinamis dapat membuat audiens merasa jenuh. Seiring berjalannya waktu, pendengar mungkin merasa tidak perlu lagi mendengarkan pidato-pidato selanjutnya karena mereka sudah dapat memperkirakan isinya akan mirip dengan pidato-pidato sebelumnya.Â
Untuk mengatasi kelemahan ini, sangat penting bagi Harris untuk memperhatikan audiens yang jelas berbeda dari audiens partai Republik. Sehingga harus selalu engage atau sadar penonton. Untuk kalangan Demokrat Harris harus selalu memperbarui isi pidatonya dengan informasi terkini tentang apa yang sedang terjadi atau pencapaian terbaru yang telah diraih.Â
Dengan demikian, pidatonya akan selalu relevan dan menarik bagi audiens. Selain itu, menambahkan kisah-kisah pribadi atau contoh-contoh konkret tentang dampak kebijakan yang ia perjuangkan dapat membuat pidatonya lebih hidup dan menggugah.Â
Atau Harris perlu untuk selalu menyesuaikan pidatonya dengan perkembangan terbaru dan keberhasilan yang telah dicapai. Misalnya, jika ada kebijakan baru yang berhasil diimplementasikan atau program pemerintah yang menunjukkan hasil positif, Harris sebaiknya memasukkan informasi ini ke dalam pidatonya. Dengan cara ini, audiens akan merasa lebih terlibat dan mendapatkan manfaat dari mendengarkan pidatonya.Â
Kritik terhadap gaya komunikasi Harris juga dapat dilihat dari sudut pandang strategi kampanye. Meskipun pengulangan pesan dapat efektif untuk menguatkan pesan inti, terlalu sering mengulang dapat berisiko mengalienasi pendengar yang kritis. Hal ini mirip dengan strategi yang digunakan oleh Trump, yang sering mengulang janji-janji dan ilusi yang manis dan enak dibawa terbang angan angan masa pendukungnya, sehingga pengulangan terus menerus digunakan untuk mengendapkan ilusi ini menjadi seperti kenyataan yang perlu dipercaya oleh setiap audiensnya. Namun, dalam kasus Harris yang mempunyai karakteristik rasional dan faktual, pengulangan tanpa variasi dapat terlihat sebagai kurangnya konten baru dan inovatif, dan bisa dituduh untuk membuat propaganda ala Trump.Â
Belum kalau ditambah dengan beda usia Kamala lawan Trump yang sangat jauh, tentunya memberikan kelebihan dan ini sangat menguntungkan karena Trump dan partai Republik sudah berkali kali mencemooh bahwa Biden sudah sangat tua dan uzur. Sehingga hal ini menjadi senjata makan tuan dan Trump sudah tidak tahu harus bagaimana untuk membalikkan keadaan bahwa dia adalah Capres yang paling tua dan uzur sendiri, cap yang akan sangat sulit dilawan, termasuk cap Capres kriminal dan penjahat seks.Â
Apakah Harris nantinya akan mampu membawa isu kritis ini disetiap debatnya yang bisa mengirim Trump ke pojok ring dan KO. Kita Lihat saja nantinya apakah Harris mampu menggiring dan memojokkan Trump dan memberikan KO yang mestinya sangat mungkin dilakukan.
Kesimpulan Penanganan isu imigrasi dan inflasi oleh Kamala Harris mencerminkan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi negara dan ketakutan warga. Dengan pendekatan yang tegas namun manusiawi, serta komitmennya pada kebijakan inklusif dan kesetaraan, Harris harus berusaha untuk meyakinkan pemilih bahwa ia adalah pemimpin yang tepat untuk menghadapi tantangan ini. Sikapnya yang proaktif dan penuh empati diharapkan dapat membawa perubahan positif dan memperkuat posisinya dalam kampanye kepresidenan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H