Mohon tunggu...
Iwan Murtiono
Iwan Murtiono Mohon Tunggu... Lainnya - Google-YouTube project contractor

Pembela hak asasi dan demokrasi dengan bias sebagai orang Indonesia dalam memakai kacamata untuk melihat dunia, termasuk dalam memupuk demokrasi yang agak membingungkan antara demokrasi murni atau demokrasi a la Indonesia. Bahwa kita sering melihatnya dalam perspektif yang berbeda, karena demokrasi itu juga adalah sebuah karya kreatif dalam pembentukannya yang tidak pernah rampung, termasuk yang anti demokrasi juga tidak pernah lelah berusaha terus menguasai demi kepentingan sebagian kecil atau oligarki

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Tantangan Kampanye dan Harapan Capres AS Kamala Harris

24 Juli 2024   08:38 Diperbarui: 24 Juli 2024   08:47 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
heavy.com by stephanie wilson

Harris berkomitmen untuk memperjuangkan hak-hak kelompok minoritas dan menciptakan lingkungan yang adil bagi semua orang. Ia percaya bahwa dengan kebijakan yang tepat, AS dapat menjadi negara yang lebih inklusif dan adil.

Perlu Memperbaiki Kelemahan Gaya Komunikasi

Salah satu kelemahan yang sering saya lihat dan saksikan sendiri dari Kamala Harris sebagai calon presiden adalah gaya bicaranya yang seringkali diulang-ulang dengan materi yang sama. Kebiasaan ini mungkin menunjukkan penguasaan materi pidato yang terbatas atau strategi retorika yang kurang bervariasi. 

Karena adanya ketakutan mengulangi cara Biden untuk mengcover ide besar dan tiba tiba hilang ditelan ide lainnya yang keburu mau diucapkan, atau kurang fokus dan terlalu banyak. Penguasaan materi dan kontrol bicara 100% hingga sampai ke titik dan komanya menjadi perangkap. 

Hal ini dapat mengurangi minat pendengar dari kalangan elit pemikir yang sudah familiar dengan isi pidatonya, karena mereka merasa tidak mendapatkan informasi baru atau wawasan yang segar. Lain dengan audiens Trump yang isinya dari kalangan menengah kebawah, yang mempunyai kekurangan dalam logika dan ingatan. 

Sebagai contoh, Harris sering kali mengulang tema-tema utama seperti keadilan sosial, kesetaraan, dan inklusivitas dalam pidatonya. Meskipun tema-tema ini penting, pendekatan yang kurang dinamis dapat membuat audiens merasa jenuh. Seiring berjalannya waktu, pendengar mungkin merasa tidak perlu lagi mendengarkan pidato-pidato selanjutnya karena mereka sudah dapat memperkirakan isinya akan mirip dengan pidato-pidato sebelumnya. 

Untuk mengatasi kelemahan ini, sangat penting bagi Harris untuk memperhatikan audiens yang jelas berbeda dari audiens partai Republik. Sehingga harus selalu engage atau sadar penonton. Untuk kalangan Demokrat Harris harus selalu memperbarui isi pidatonya dengan informasi terkini tentang apa yang sedang terjadi atau pencapaian terbaru yang telah diraih. 

Dengan demikian, pidatonya akan selalu relevan dan menarik bagi audiens. Selain itu, menambahkan kisah-kisah pribadi atau contoh-contoh konkret tentang dampak kebijakan yang ia perjuangkan dapat membuat pidatonya lebih hidup dan menggugah. 

Atau Harris perlu untuk selalu menyesuaikan pidatonya dengan perkembangan terbaru dan keberhasilan yang telah dicapai. Misalnya, jika ada kebijakan baru yang berhasil diimplementasikan atau program pemerintah yang menunjukkan hasil positif, Harris sebaiknya memasukkan informasi ini ke dalam pidatonya. Dengan cara ini, audiens akan merasa lebih terlibat dan mendapatkan manfaat dari mendengarkan pidatonya. 

Kritik terhadap gaya komunikasi Harris juga dapat dilihat dari sudut pandang strategi kampanye. Meskipun pengulangan pesan dapat efektif untuk menguatkan pesan inti, terlalu sering mengulang dapat berisiko mengalienasi pendengar yang kritis. Hal ini mirip dengan strategi yang digunakan oleh Trump, yang sering mengulang janji-janji dan ilusi yang manis dan enak dibawa terbang angan angan masa pendukungnya, sehingga pengulangan terus menerus digunakan untuk mengendapkan ilusi ini menjadi seperti kenyataan yang perlu dipercaya oleh setiap audiensnya. Namun, dalam kasus Harris yang mempunyai karakteristik rasional dan faktual, pengulangan tanpa variasi dapat terlihat sebagai kurangnya konten baru dan inovatif, dan bisa dituduh untuk membuat propaganda ala Trump. 

Belum kalau ditambah dengan beda usia Kamala lawan Trump yang sangat jauh, tentunya memberikan kelebihan dan ini sangat menguntungkan karena Trump dan partai Republik sudah berkali kali mencemooh bahwa Biden sudah sangat tua dan uzur. Sehingga hal ini menjadi senjata makan tuan dan Trump sudah tidak tahu harus bagaimana untuk membalikkan keadaan bahwa dia adalah Capres yang paling tua dan uzur sendiri, cap yang akan sangat sulit dilawan, termasuk cap Capres kriminal dan penjahat seks. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun