Teori Pembelajaran Sosial dan Konformitas Sosial
Teori pembelajaran sosial, yang dikemukakan oleh Albert Bandura, menekankan bahwa individu belajar melalui observasi, imitasi, dan pemodelan. Dalam konteks politik, anak-anak dan remaja mengamati perilaku politik orang tua dan anggota komunitas mereka, dan cenderung meniru perilaku tersebut. Misalnya, jika orang tua secara aktif terlibat dalam kegiatan partai politik tertentu, anak-anak mereka mungkin akan mengembangkan afiliasi yang sama.
Konformitas sosial juga memainkan peran penting. Solomon Asch, dalam eksperimen konformitasnya, menunjukkan bahwa individu sering kali menyesuaikan pendapat dan perilaku mereka agar sesuai dengan kelompok, bahkan jika mereka secara pribadi tidak setuju. Dalam konteks politik, ini berarti bahwa seseorang mungkin mendukung partai politik tertentu untuk menghindari konflik atau eksklusi sosial, meskipun mereka mungkin memiliki pandangan yang berbeda.
Umpan Balik Sosial dan Loyalitas Partai
Penguatan sosial menciptakan umpan balik yang memperkuat loyalitas partai. Ketika seseorang mengadopsi afiliasi politik yang sama dengan lingkaran sosial mereka, mereka menerima validasi dan dukungan, yang memperkuat keyakinan mereka. Ini menciptakan siklus di mana loyalitas partai terus diperkuat oleh interaksi sosial. Misalnya, diskusi politik di antara teman-teman yang memiliki pandangan serupa dapat memperkuat keyakinan dan komitmen terhadap partai politik tersebut.
Dampak Jangka Panjang
Pengaruh sosial ini memiliki dampak jangka panjang pada perilaku politik individu. Penelitian menunjukkan bahwa afiliasi politik yang dibentuk pada masa muda cenderung bertahan sepanjang hidup. Ini berarti bahwa lingkungan sosial pada masa kanak-kanak dan remaja memiliki dampak yang signifikan pada afiliasi politik jangka panjang seseorang.
3.Media and Information Sources:Â
Lanskap media di Amerika Serikat ditandai oleh tingkat polarisasi yang tinggi, dengan banyak saluran berita yang cocok dan menyenangkan diri mereka dengan ideologi politik tertentu. Penyelarasan ini bukan hanya cerminan dari peran media dalam masyarakat, tetapi juga pilihan strategis untuk memenuhi segmen audiens tertentu. Akibatnya, individu sering kali terpapar informasi yang memperkuat keyakinan mereka yang sudah ada, sementara pandangan yang berlawanan disaring. Fenomena ini dikenal sebagai penciptaan "echo chambers" dan "filter bubbles."
Echo Chambers dan Filter BubblesÂ
Echo chambers mengacu pada lingkungan di mana individu hanya menemui informasi atau opini yang mencerminkan pandangan mereka sendiri, sehingga memperkuat pandangan yang sudah ada. Di sisi lain, filter bubbles diciptakan oleh algoritma yang digunakan oleh platform media sosial dan mesin pencari yang mengkurasi konten berdasarkan perilaku pengguna sebelumnya. Algoritma ini memprioritaskan konten yang sesuai dengan preferensi pengguna, semakin mengisolasi mereka dari perspektif yang beragam.