Mohon tunggu...
iwan dakh
iwan dakh Mohon Tunggu... -

??????

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nyali

19 November 2009   12:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:16 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Akhirnya Mas Budi mendatangi restorasi bersama seorang saudara
laki-lakinya. Setelah beberapa menit, Mas Budi kembali dari restorasi kereta
tapi dengan tangan kosong.

“Gimana Mas?” tanya saya
penasaran. Mas Budi kembali duduk di samping saya dengan lunglai.

“Katanya… gelasnya gak boleh
diambil Mas.” Mas Budi menjawab putus asa. “Tapi ya sudahlah Mas, biarin aja..”
sambungnya lirih. Saya menurunkan emosi saya.

“Mas, saya ini gak pinter bicara
seperti Mas.” Mas Budi angkat bicara.

“Mas, yang penting bukan pinter
bicara atau tidak. Yang penting menurut saya, Mas Budi Berani bicara atau
nggak?! Percuma saja pinter bicara tapi nggak berani bicara. Sebaliknya,
meskipun Mas Budi gagap, tapi berani bicara, orang lain pasti tau maksud Mas
Budi. Bahwa Mas Budi tidak suka diperlakukan seperti itu. Apalagi Mas Budi gak
gagap, pasti lebih mudah dimengerti. Kita harus berani bicara Mas. Kalo nggak,
orang lain akan berlaku seenaknya terhadap diri kita.”

Saat ini banyak sekali kejahatan
dimana-mana. Pelecehan seksual, pemerkosaan, sampai pembunuhan dll.

solo balapan pun tiba. . .

ketika itu saya di jemput oleh sopir
karna kebetulan kedatangan saya ke solo bukan untuk sekedar main
ato cuma sekedar pengen mencicipi HIK hidangan istimewa kota
anu menu nateh super unik alias si nasi kucing tea, sama sate telor puyuh di bakar.

dalam perjalanan mabil pun terhenti tepat di depan kantor polisi, macet bukan kepalang
tukang ojek yang tergopoh-gopoh menuju kantor polisi dengan
darah yang terus membasahi bajunya setelah tenggorokannya digorok penjegal
(terkutuk kau penjegal!!). sopir saya –yang dulu suka ngegebukin maling katanya-- sangat
geram sekali karena polisi tidak bertindak cepat menanggapi penjegalan
tersebut.

Alangkah mengerikan ketika semua orang memilih
diam seribu bahasa ketika kemungkaran berserakan dimana-mana. Itu sama saja
seperti ketika seorang saudara perempuan kalian menjerit, meronta, karena
hendak dinodai kehormatannya oleh sekelompok berandalan tapi kalian hanya diam
seakan menikmati kejadian tersebut!

Bagi saya, sikap diam tersebut
lebih kejam dari kekejaman yang terjadi saat itu!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun