Mohon tunggu...
Ita Siregar
Ita Siregar Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang. Pemetik cerita. Tinggal di Balige.

Merindu langit dan bumi yang baru.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teologi Malas: Bermalas-Malas yang Alkitabiah

27 April 2024   07:31 Diperbarui: 27 April 2024   07:39 541
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teks Rinto Pangaribuan

Kemalasan tak pernah mendapat tempat dalam kekristenan. Ia laksana hama. Bahkan dalam tradisi Kristen, ia termasuk salah satu tujuh dosa maut. Label yang bukan main-main. Ini indikator kuat betapa kemalasan adalah momok mengerikan.

Masyarakat kita mencaci-maki kemalasan. Rajin pangkal pandai. Malas pangkal bodoh. Begitu kata peribahasa kita. Orang-orang malas akan ditendang dari pergaulan. Tidak ada bos suka karyawan malas. Seorang ibu akan menjewer anak yang malas. Pun orang malas benci orang malas.

Pada sisi lain, sumpah serapah pada kemalasan adalah pemujaan terhadap kerja. Kita meluhurkan kerja sampai langit ketiga. Cita-cita masa kecil memuncak pada profesi kerja. Presiden kita menyerukan, "Kerja! Kerja! Kerja!" Guru kita memerintah, "Kerjakan tugasmu!"

Pemujaan terhadap kerja adalah tindakan pilih kasih. Pasalnya, manusia juga diciptakan untuk malas-malasan. Tuhan mencipta manusia untuk selow dan santai menikmati dunia (Kejadian 2:16). Tuhan memberi kita hak untuk bermalas-malas atau malas-malasan. Bukan hanya hak.

Bermalas-malas adalah kodrat manusia. Karena Allah telah meletakkan itu pada manusia, sejak semula.

Bagaimana membuktikan pandangan ini? Tetapi, bukankah banyak nukilan Alkitab mengatakan kemalasan---dan semua turunannya--- terhisap dalam dosa?

Untuk menjawabnya, saya akan membatasi pembacaan hanya dari Amsal. Alasannya, hampir semua seruan mengenai kemalasan bersumber dari kitab ini. Jadi, benar kitab Amsal mengkritik kemalasan? Bagaimana imajinasi Alkitab tentang bermalas-malas? Atau, adakah sikap malas yang Alkitabiah?

Bermalas-malas dalam Alkitab: Sebuah Kritik

Perjanjian Baru memunculkan kata malas sebanyak tiga kali. Pada Matius 25:26, 1Timotius 5:13 dan Titus 1:12.

Matius menyematkan malas kepada hamba yang diberi satu talenta. Terma malas dalam bahasa Yunani adalah oknere. Kata ini berasal dari adjektiva okneros. Selain malas, juga berarti menyusahkan. Melihat keseluruhan konteks, saya condong pada pengertian kedua. Pada Matius ayat 24--25, kita diberitahu alasan mengapa hamba itu tidak mengusahakan talentanya. Yang bukan malas. Melainkan alasan yang menyusahkan tuannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun