Perjalanan pulang ini terasa sunyi. Tidak berjumpa kapal atau ferry. Kami melewati keramba jaring apung milik Aquafarm yang luas, keramba yang menjadi salah satu penyebab polusi air danau Toba. Berton-ton makanan/pelet dan kotoran ikan tertimbun ke dasar danau setiap hari. Pada waktu-waktu tertentu, karena situasi alam, air danau akan menaikkan kotoran itu ke permukaan.Â
Dua remaja sekarang duduk di depan tertawa-tawa menyaksikan ibu mereka, yang berwajah khawatir dengan kelincahan ombak menggoyang kapal. Grace dan kawan saya di belakang, saling diam sambil memeluk pelampung masing-masing.
Agak ke tengah, ombak tenang. Kami pun tenang. Â Mulai mampu berbicara-bicara lagi. Saat ombak seperti itu, Kusnandi mengganti tank bahan bakar.Â
Sepanjang perjalanan mata kami selalu dapat memandang daratan berupa bebukitan di kiri-kanan. Â Bila bukit-bukit itu terlihat lebih dekat dan pohon-pohon lebih jelas, maka itu artinya kami sudah dekat dengan tujuan.Â
Akhirnya dari kejauhan kami dapat melihat dermaga hotel Mutiara. Kami bersorak lega. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 3 jam berkapal. Dengan persinggahan  di beberapa lokasi, 5 jam.Â
"Alhamdulillah. Akhirnya tiba dengan selamat," ujar kawan saya. Semua gembira dengan pengalaman baru berkapal di atas danau vulkanik terluas  di dunia, bercanda tertawa, lalu sedikit tegang karena adrenalin tertarik keluar, saat ketemu ombak.
Oya, bagi yang penasaran, biaya sewa kapal termasuk bahan bakar Rp2,8juta. Biaya makan siang Rp75 ribu per orang.
Tertarik?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H