Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki Tua Yang Kalah

11 Agustus 2014   05:46 Diperbarui: 10 Agustus 2016   09:13 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Istighfar Ma, Mas Cuma ketemu sekali doang, kebetulan waktu itu, Mas sedang belanja warung kita. Mas pikir kenapa gak, tokh dulu bapaknya pernah bantu kita”

“Bohong… gak percaya” teriak Ima lagi. Tono hanya diam, berusaha untuk sabar. Gak ada yang perlu diladeni, makin diladeni makin jadi. 

*****

Kejadian kemarin sore itulah yang kini mengantarkan Tono, menapaki jalan sunyi ini. Ada rasa gamang yang menghampiri diri, kemana langkah ini akan dibawa? sementara lampu jalanan masih menyala, langkah ini makin terasa penat, jalanpun telah terasa sunyi. Sementara tujuan pasti yang akan dituju belum juga dia peroleh.

Tono lalu menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang, ada angkot yang terlihat dari jauh menuju arah dimana dia berdiri. Lalu Tono, melambaikan tangannya, mengisyaratkan agar angkot berhenti, dia putuskan untuk menaiki angkot itu, langkah ini semakin berat untuk diajak berjalan. Biarlah ketika sudah diatas angkot kelak, dia akan putuskan kemana tujuan itu akan diputuskan. Angkot itu, berhenti menuju ke arah posisi Tono berdiri. Sinarnya lampunya begitu mencorong wajah Tono. Begitu menyilaukan.

Tiba-tiba… dalam hitungan detik, blaaargghhhh, suara dentuman keras terdengar. Tono tak tahu, apa sebenarnya yang terjadi.. lalu, dia melihat Mas Gatot mengulurkan tangan, mengisyarat pada Tono untuk dibimbing, mereka berjalan berdua beriringan. Lalu semuanya gelap, sunyi dan dingin mencekam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun