“Istighfar Ma, Mas Cuma ketemu sekali doang, kebetulan waktu itu, Mas sedang belanja warung kita. Mas pikir kenapa gak, tokh dulu bapaknya pernah bantu kita”
“Bohong… gak percaya” teriak Ima lagi. Tono hanya diam, berusaha untuk sabar. Gak ada yang perlu diladeni, makin diladeni makin jadi.
*****
Kejadian kemarin sore itulah yang kini mengantarkan Tono, menapaki jalan sunyi ini. Ada rasa gamang yang menghampiri diri, kemana langkah ini akan dibawa? sementara lampu jalanan masih menyala, langkah ini makin terasa penat, jalanpun telah terasa sunyi. Sementara tujuan pasti yang akan dituju belum juga dia peroleh.
Tono lalu menghentikan langkahnya, menoleh ke belakang, ada angkot yang terlihat dari jauh menuju arah dimana dia berdiri. Lalu Tono, melambaikan tangannya, mengisyaratkan agar angkot berhenti, dia putuskan untuk menaiki angkot itu, langkah ini semakin berat untuk diajak berjalan. Biarlah ketika sudah diatas angkot kelak, dia akan putuskan kemana tujuan itu akan diputuskan. Angkot itu, berhenti menuju ke arah posisi Tono berdiri. Sinarnya lampunya begitu mencorong wajah Tono. Begitu menyilaukan.
Tiba-tiba… dalam hitungan detik, blaaargghhhh, suara dentuman keras terdengar. Tono tak tahu, apa sebenarnya yang terjadi.. lalu, dia melihat Mas Gatot mengulurkan tangan, mengisyarat pada Tono untuk dibimbing, mereka berjalan berdua beriringan. Lalu semuanya gelap, sunyi dan dingin mencekam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI