Mohon tunggu...
Iskandar Zulkarnain
Iskandar Zulkarnain Mohon Tunggu... Administrasi - Laki-laki, ayah seorang anak, S1 Tekhnik Sipil.

Penulis Buku ‘Jabal Rahmah Rendesvous Cinta nan Abadi’, 'Catatan kecil PNPM-MPd', 'Menapak Tilas Jejak Langkah Bung Karno di Ende', 'Sekedar Pengingat', 'Mandeh Aku Pulang' (Kumpulan Cerpen) dan 'Balada Cinta di Selat Adonara' (Kumpulan Cerpen). Ayah. Suami. Petualang. Coba berbagi pada sesama, pemilik blog http://www.iskandarzulkarnain.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Lelaki Tua Yang Kalah

11 Agustus 2014   05:46 Diperbarui: 10 Agustus 2016   09:13 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Mulai besok, Mas akan membuka rekening. Setelah itu, 20% dari gaji Mas, akan kita tabungkan pada rekening yang Mas buka itu”

“Untuk apa Mas?” masih saja Ima bertanya, padahal keinginan untuk memiliki rumah itu, sudah berkali-kali disampaikan Tono.

“Uang itu, akan kita belikan rumah, Mas ingin, kelak ketika pensiun, kita sudah memiliki rumah Ma..”

“Tapi… Mas”

“Mas tahu, maksud Ima, untuk makan saja tidak cukup, apalagi harus dikurangi untuk ditabungkan” ujar Tono, coba membaca jalan pikiran Ima. Tono sadar, masalah ini bukan sederhana.

“Iya Mas..”

“Mas akan cari tambahan diluar Ma, Mas akan jadi supir tembak angkotnya Mas Gatot. Kemarin kita sudah ngomong banyak, Mas Gatot setuju untuk kasi Mas, waktu empat jam setiap harinya” jawab Tono lagi.

Terkadang, kita dipaksa untuk dewasa, saat kemudahan tak ada

Terkadang kita terpaksa jadi orang tua, ketika semua bergantung pada kita

Rencana menabungkan gaji 20% dari yang diterima terwujud, semua sesuai dengan keinginan Tono. Malah kondisi ekonomi keluarga semakin baik. Penghasilan tiap hari yang dibawa Tono pulang, dapat menutup kebutuhan sehari-hari.

Demikianlah, hukum alam memang begitu, tak ada yang gratis, semuanya dalam volume yang sama, semua hanya peralihan dari satu hal menjadi hal yang lain. Kelebihan penghasilan Tono, harus dibayar dengan berkurangnya waktu untuk berkumpul dengan Ima, Tono hanyut dalam rutinitas mencari tambahan, Ima makin tersingkirkan dalam kesunyian di rumah, entah karena konpensasi dari kekurangan fisik yang dimilikinya, atau karena kekurangan ilmu dan gaulnya, Ima makin tenggelam dalam cemburu yang membabi buta. Cemburu yang bukan hanya terhadap wanita, tetapi juga pada perolehan rezeki yang Tono terima.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun